Jumat, 27 Juni 2014

Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan Mengadakan Variasi
(Variation Stimulus)

Kejenuhan atau kebosanan yang dialami dalam kegiatan proses pembelajaran sering terjadi. Ditambah lagi kondisi ruangan tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik, materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi. Namun, dengan harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala kecerahan bagi peserta didik di lapangan.
Variasi stimulus itu adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi pembelajaran yang ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan peserta didik sehingga dalam proses situasi pemblelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi. Inti tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik agar belajar lebih baik. Sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam proses pembelajaran adalah:
1.        Menumbuhkkan perhatian peserta didik
2.        Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbagai kegiatan proses pembelajaran.
3.        Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk  sikap positif bagi peserta didik terhadap guru.
4.        Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
5.        Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang berbeda-beda.
Beberapa variasi guru dalam proses pembelajaran yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1.        Keterampilan variasi dalam mengajar erat kaitannya dengan profesional lainnya, antara lain penguasaan berbagai macam metode dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
2.        Keterampilan variasi sebelumnya direncanakan dan disusun dalam SP.
3.        Keterampilan variasi sangat dianjurkan akan tetapi, harus wajar dan luwes sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Keterampilan variasi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran terbagi kepada tiga kelompok besar antara lain; variasi dalam gaya guru mengajar, variasi dalam pola interaksi guru dengan peserrta didik, dan variasi dalam menggunakan media dan alat-alat pembelajaran.
Variasi dalam gaya guru yang prosfesional harus hidup dan antusias (teacher liveliness) menarik minat belajar peserta didik. Bisa dilakukan dengan suara dan isyarat-isyarat non verbal seperti pandangan mata, ekspresi roman muka, gerak gerik tangan, badan. Selain itu, syarat-syarat lain yang dikenal sebagai extra-verbal, yaitu informasi warna dan bunyi-bunyian. Guru diharapkan mampu memodifikasi variasi, melalui:
1.        Suara guru (voice variation) tekanan tinggi-rendah, cepat-lambat.
2.        Memusatkan perhatian peserta didik (verbal focussing) pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan kata-kata seperti, perhatian baik, peka, sekaligus dilakukan dengan gerakan tangan.
3.        Mengadakan diam sejenak (silence) pada saat yang tepat membuat pembicaraan guru lebih jelas, karena ini berfungsi sebagai koma, titik, atau tanda seru yang membagi pelajaran dalam kelompok-kelomok kecil.
4.        Intonasi dan bunyi-bunyi lain (extra-verbal cues) seperti guru menanggapi pekerjaan peserta didik dengan kata-kata, aah, eeh, hmm, wah, pintar sekali, disampaikan sesuai dengan nada suara, dengan kata-kata ini membuat emosional peserta didik lebih akrab.
5.        Guru menguasai dengan kontak mata (eye contact), kalau ada kontak mata guru dengan peserta didik, kata-kata yang diucapkan guru terasa lebih meyakinkan dan memperkuat informasi. Sebalikknaya guru menatap peserta didik secara keseluruhan, tidak diarahkan ke arah tertentu saja seperti yang duduk didepan dan tengah sehingga yang duduk di samping tidak dilihat.
6.        Ekspresi roman muka (facial expression), ekspresi roman wajah guru harus perlu ceria dan bahkan ini sangat penting dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Wajah yang punya ekspresi akan memberi kesan tersendiri bagi peserta didik, sebaliknya wajah yang seram akan membosankan bagi peserta didik. Semua ini diikuti dengan tersenyum, mengerutkan bibir, mengedipkan mata dan sebagainya.
7.        Gerak gerik tangan (gestures) variasi dengan gerakan tangan, mata, kepala, dan badan dapat memperkuat ekspresi guru, sebaliknya gerakan yang aneh dapat mengganggu situasi perhatian dalam proses pembelajaran.
8.        Tempat berdirinya guru di kelas (movement) variasi penggantian posisi guru di dalam kelas akan mendapat perhatian oleh peserta didik, seperti gerakan ke arah depan, belakang, kanan ke kiri dan sebagainya (tidak selalu duduk di dalam kelas). Jika jika guru melakukan tanya jawab sebaiknya dekatilah pelan-pelan peserta didik. Kalau guru mendekati peserta didik mengadung arti yang sangat dalam bagi mereka.
9.        Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan peserta didik, hindari guru banyak bicara atau terlalu lama sehingga kehilangan perhatian dan minat peserta didik. Justru berikan pekerjaan lebih banyak kepada mereka, dalam bentuk mengarang, membaca buku, mengerjakan soal, diskusi, membuat laporan, membaca dalam hati, dan sebagainya.
10.    Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, sebaiknya guru membuat skema di papan tulis atau dengan menggunakan media lain seperti rekaman, gambar, slides, in fokus, laptop, dan sebagainya, bisa juga dengan visual (dapat dilihat), audio (dapat didengar, dan tatile/motorik (dapat diraba).
Pada prinsipnya teknik dasar variasi dalam mengajar adalah:
1.        Suara guru enak didengar.
2.        Tidak banyak melihat ke jendela saat sedang mengajar.
3.        Melihat kegembiraan dan semangat.
4.        Menggunakan isyarat mata, tangan, kepala dengan tepat.
5.        Hafal nama-nama peserta didik di kelas dan memanggil namanya saat diperlukan.
6.        Variasikan peserta didik menjawab pertanyaan tidak pada orang tertentu saja.
7.        Mengadakan selingan yang menyegarkan.
8.        Mempertimbangkan prinsip hadiah dan hukuman.

DAFTAR PUSTAKA


Asril, Drs. Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar