Kamis, 09 April 2015

Pengertian Pembelajaran Micro

A.      Pengertian Pembelajaran Micro
Pembelajaran micro dapat diartikan sebagai cara latihan keterampilan keguruan atau praktik mengajar dalam lingkup kecil/terbatas. Mc. Knight (1979) mengemukakan Micro Teaching has been described as scaled down teaching encounter desingned to develop new skill and refine old ones.
Sementara Mc. Laughlin & Moulton, mendefinisiakan bahwa micro teaching is a performance training method desingned to isolate the component part of teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a simlified teacching situation.
Mc Knight (1971) mengemukakan bahwa micro theaching adalah “a scalled own teaching encounter desingned to develop new skills and refine ones
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran micro sebuah model pengajaran yang dikecilkan atau disebut juga dengan real teaching. (Allen and Ryan 1969). Jumlah pesertanya berkisar antara 5 sampai 10 orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pelaksanaannya berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus pada keterampilan mengajar tertentu, dan pokok bahasanya disederhanakan.

B.       Tujuan Pembelajaran Micro
Tujuan diselenggarakan pembelajaran micro menurut T. Gilarso bahwa tujuan pembelajaran micro terbagi dua, tujuan umum melatih kemampuan dan keterampilan dasar keguruan. Tujuan khusus, untuk melatih calon guru untuk terampil dalam membuat desain pembelajaran, mendapatkan profesi keguruan, menumbuhkan rasa percaya diri.
Dwight Allen, mengatakan bahwa tujuan micro teaching bagi calon guru adalah: (1) memberikan pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar, (2) calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun kelapangan, (3) memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan dasar mengajar. Sedangkam bagi guru memberikan penyegaran dalam program pendidikan, dan mendapat pengalaman mengajar yang bersifat individual untuk mengembangkam profesi, serta mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaruan.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran micro teaching adalah melatih calon guru agar memiliki keterampilan dasar dan khusus dalam proses pembelajaran.
Sasaran akhir yang akan dicapai dalam pembelajaran micro teaching adalah terbinanya calon guru memiliki pengetahuan tentang proses pembelajaran, dan terampil dalam proses pembelajaran, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagai seorang guru.
Sedangkan fungsi pembelajaran micro adalah selain sebagai sarana latihan dalam mempraktikkan keterampilan mengajar, dan juga syarat bagi mahasiswa yang akan mengikuti Praktik Mengajar di Lapangan. (PPL II).


C.      Manfaat Pembelajaran Micro
Dengan bekal micro teaching terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil, antara lain:
1.        Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
2.        Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
3.        Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat dicermati.
4.        Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
5.        Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.
6.        Menuntut dikembangkan pola observasi yang sistematis dan objektif.
7.        Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik mengajar yang relatif singkat.

D.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure)
Komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran guru harus memberikan pengantar atau memberikan pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya. Strategi membuka dan menutup pelajaran (set induction and clouser) sebenarnya merupakan gabungan antara dua macam keterampilan mengajar yang perlu dilihat dalam pengajaran micro.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam istilah lain dikenal dengan set inductio, yang artinya usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prokondisi bagi peserta didik agar agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian peserta didik dapat terpusat pada hal-hal yang akan atau sedang dipelajari.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang pada awal pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal pelajaran, tetapi juga pada setiap awal kegiatan inti pelajaran. Ini dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang akan dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan diajarkan.
Inti persoalan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan tentang tujuan, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja serta pembagian waktu, mengaitkan [pelajaran yang telah dipelajarai dengan topik baru, menanggapi situasi kelas. Wardani (1984) mengemukakan bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sedang keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan merangkum inti pelajaran pada akhir kegiatan belajar. Kegiatan ini cukup berarti bagi siswa, namun banyak guru tidak sempat melakukan atau mungkin sengaja tidak dilakukan.
Menutup pelajaran (clossure) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan menyatakan bahwa kemajuan hasil hasil belajar paling besar terjadi pada akhir pelajaran dengan cara memberikan suatu ringkasan pokok-pokok materi yang sudah dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran, akan tetapi pada setiap akhir pokok pembahasan selama satu jam pelajaran.
Inti kegiatan menutup pelajaran adalah:
1.        Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran.
2.        Mengonsolidasikan perhatian peserta didik pada masalah pokok pembahasan agar informasi yang diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya.
3.        Mengorganisasikan semua pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan kebutuhan yang berarti dalam memahami materi pelajaran.
4.        Memberikan tindak lanjut berupa saran-saran serta ajakan agar materi yang baru dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA


Asril, Drs. Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Pembelajaran Micro/ Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)

Keterampilan Mengadakan Variasi
(Variation Stimulus)

Kejenuhan atau kebosanan yang dialami dalam kegiatan proses pembelajaran sering terjadi. Ditambah lagi kondisi ruangan tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik, materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi. Namun, dengan harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala kecerahan bagi peserta didik di lapangan.
Variasi stimulus itu adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi pembelajaran yang ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan peserta didik sehingga dalam proses situasi pemblelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi. Inti tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik agar belajar lebih baik. Sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam proses pembelajaran adalah:
1.        Menumbuhkkan perhatian peserta didik
2.        Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbagai kegiatan proses pembelajaran.
3.        Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk  sikap positif bagi peserta didik terhadap guru.
4.        Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
5.        Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang berbeda-beda.
Beberapa variasi guru dalam proses pembelajaran yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1.        Keterampilan variasi dalam mengajar erat kaitannya dengan profesional lainnya, antara lain penguasaan berbagai macam metode dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
2.        Keterampilan variasi sebelumnya direncanakan dan disusun dalam SP.
3.        Keterampilan variasi sangat dianjurkan akan tetapi, harus wajar dan luwes sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Keterampilan variasi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran terbagi kepada tiga kelompok besar antara lain; variasi dalam gaya guru mengajar, variasi dalam pola interaksi guru dengan peserrta didik, dan variasi dalam menggunakan media dan alat-alat pembelajaran.
Variasi dalam gaya guru yang prosfesional harus hidup dan antusias (teacher liveliness) menarik minat belajar peserta didik. Bisa dilakukan dengan suara dan isyarat-isyarat non verbal seperti pandangan mata, ekspresi roman muka, gerak gerik tangan, badan. Selain itu, syarat-syarat lain yang dikenal sebagai extra-verbal, yaitu informasi warna dan bunyi-bunyian. Guru diharapkan mampu memodifikasi variasi, melalui:
1.        Suara guru (voice variation) tekanan tinggi-rendah, cepat-lambat.
2.        Memusatkan perhatian peserta didik (verbal focussing) pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan kata-kata seperti, perhatian baik, peka, sekaligus dilakukan dengan gerakan tangan.
3.        Mengadakan diam sejenak (silence) pada saat yang tepat membuat pembicaraan guru lebih jelas, karena ini berfungsi sebagai koma, titik, atau tanda seru yang membagi pelajaran dalam kelompok-kelomok kecil.
4.        Intonasi dan bunyi-bunyi lain (extra-verbal cues) seperti guru menanggapi pekerjaan peserta didik dengan kata-kata, aah, eeh, hmm, wah, pintar sekali, disampaikan sesuai dengan nada suara, dengan kata-kata ini membuat emosional peserta didik lebih akrab.
5.        Guru menguasai dengan kontak mata (eye contact), kalau ada kontak mata guru dengan peserta didik, kata-kata yang diucapkan guru terasa lebih meyakinkan dan memperkuat informasi. Sebalikknaya guru menatap peserta didik secara keseluruhan, tidak diarahkan ke arah tertentu saja seperti yang duduk didepan dan tengah sehingga yang duduk di samping tidak dilihat.
6.        Ekspresi roman muka (facial expression), ekspresi roman wajah guru harus perlu ceria dan bahkan ini sangat penting dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Wajah yang punya ekspresi akan memberi kesan tersendiri bagi peserta didik, sebaliknya wajah yang seram akan membosankan bagi peserta didik. Semua ini diikuti dengan tersenyum, mengerutkan bibir, mengedipkan mata dan sebagainya.
7.        Gerak gerik tangan (gestures) variasi dengan gerakan tangan, mata, kepala, dan badan dapat memperkuat ekspresi guru, sebaliknya gerakan yang aneh dapat mengganggu situasi perhatian dalam proses pembelajaran.
8.        Tempat berdirinya guru di kelas (movement) variasi penggantian posisi guru di dalam kelas akan mendapat perhatian oleh peserta didik, seperti gerakan ke arah depan, belakang, kanan ke kiri dan sebagainya (tidak selalu duduk di dalam kelas). Jika jika guru melakukan tanya jawab sebaiknya dekatilah pelan-pelan peserta didik. Kalau guru mendekati peserta didik mengadung arti yang sangat dalam bagi mereka.
9.        Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan peserta didik, hindari guru banyak bicara atau terlalu lama sehingga kehilangan perhatian dan minat peserta didik. Justru berikan pekerjaan lebih banyak kepada mereka, dalam bentuk mengarang, membaca buku, mengerjakan soal, diskusi, membuat laporan, membaca dalam hati, dan sebagainya.
10.    Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, sebaiknya guru membuat skema di papan tulis atau dengan menggunakan media lain seperti rekaman, gambar, slides, in fokus, laptop, dan sebagainya, bisa juga dengan visual (dapat dilihat), audio (dapat didengar, dan tatile/motorik (dapat diraba).
Pada prinsipnya teknik dasar variasi dalam mengajar adalah:
1.        Suara guru enak didengar.
2.        Tidak banyak melihat ke jendela saat sedang mengajar.
3.        Melihat kegembiraan dan semangat.
4.        Menggunakan isyarat mata, tangan, kepala dengan tepat.
5.        Hafal nama-nama peserta didik di kelas dan memanggil namanya saat diperlukan.
6.        Variasikan peserta didik menjawab pertanyaan tidak pada orang tertentu saja.
7.        Mengadakan selingan yang menyegarkan.
8.        Mempertimbangkan prinsip hadiah dan hukuman.

DAFTAR PUSTAKA


Asril, Drs. Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.


Pembelajaran Micro/ Keterampilan Memberi Pengeuatan (Re-inforcement)

Keterampilan Memberi Pengeuatan
(Re-inforcement)

A. Pengertian
Pada umumnya penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah lakuseseorang serta meningkatkan usahanya. Memang sudah merupakan fitrah manusia bahwa manusia ingin dihormati, dihargai, dipuji, dan disanjung-sanjung, tentu saja semuanya ini dalam batas-batas yang wajar.
Untuk kegiatan pembelajaran, penghargaan mempunyai arti tersendiri. Semua penghargaan ini tidak berwujud materi, melainkan dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, dan sentuhan. Pada dasarnya antara keterampilan memberi penguatan dengan keterampilan bertanya saling terkait satu sama lainnya.
Intisari dari penguatan itu adalah respons terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan tidak noleh dianggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapatkan perhatian serius.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan penguatan antara lain:
1.    Hindari komentar negatif, jika peserta didik tidak mampu menjawab pertanyaan jangan dibentak atau dihina.
2.    Kehangatan, artinya perlihatkan dalam gerakan mimik, suara anggukan yang serius.
3.    Kesungguhan, dilaksanakan dengan serius tidak basa-basi.
4.    Bermakna, jika guru harus menjawab seperti bagus, tepat.
5.    Perlu ada variasi, seperti anggukan, senyuman sentuhan, bagus, gerakan tangan.

B.  Tujuan
1.    Meningkatkan perhatian siswa.
2.    Melancarkan atau memudahkan proses belajar mengajar.
3.    Membangkitkan atau mempertahankan motivasi siswa.
4.    Mengontrol atau mangubah sikap siswa.
5.    Mengarahkan cara berfikir tingkat tinggi.

C.  Komponen-komponen yang terdapat dalam keterampilan penguatan
Pembelajaran penguatan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran jarang yang lebih memiliki makna dan bermutu. Pujian respons positif yang diberikan oleh guru kepada peserta didik yang telah menemukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak akan merasakan bahwa perbuatannya dihargai dan dengan demikian akan menjadi motivator untuk terus berusaha manunjukkan prestasi terbaiknya.
Sepintas mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghargaan secra verbal yang disampaikan kepada peserta didik, oleh orang yang memberi penguatan tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi, bagi yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang, karena apa yang ditunjukkannya mendapat tempat dan diakui. Seyogianya guru harus melatih berbagai jenis penguatan dan pembiasaan diri untuk menerapkan dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar barisi sajian materi untuk dikuasai oleh peserta didik, tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentukl pribadi-pribadi yang selalu saling menghargai.
Adapun komponen-komponen yang terdapat dlaam keterampilan penguatan antara lain :
1.    Penguatan secara verbal,
Berupa kata-kata : ya, bagus, tepat sekali, dan lain-lain.
Berupa kalimat : pekerjaanmu, jaln pikiranmu bagus, saya setuju dengan pendapatmu itu, bagus teruskan usahamu.
2.    Penguatan secara Gestural :
Diberikan dalam bentuk mimik, gerakan, senyuman kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan kepala, menaikan jempolan dan sebagainya.
3.    Penguatan dengan cara mendekati siswa :
Mendekati siswa untuk menyatakan perhatian terhadap pekerjaannya, duduk dalam kelompok diskusi kecil dan sebagainya.
4.    Penguatan dengan sentuhan :
Dengan menepuk-nepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, mengangkat tangan siswa dan sebagainya.
5.    Penguatan dengan memberikan pekerjaan yang menyenangkan :
Meminta siswa untuk membantu temannya, meminta untuk memimpin suatu kegiatan dan sebagainya.
6.    Penguatan dengan memberikan tanda atau hadiah :
Memberikan benda atau hadiah sebagai penghargaan atas pekerjaan siswa, memberikan komentar didalam buku tulis siswa dan sebagainya.

D.  Cara memberikan penguatan
1.    Penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa tertentu.
2.    Dapat juga diberikan kepada kelompok siswa.
3.    Penguatan diberikan segera setelah munculnya tingkah laku yang diharapkan.
4.    Memberikan penguatan kepada sebagian siswa, jika siswa menjawabnya tak penuh.

DAFTAR PUSTAKA


Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai debngan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers. 

Pembelajaran Micro/ Keterampilan Bertanya (Questioning)

Keterampilan Bertanya
(Questioning)

Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah mengajar yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya yang efektif. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang memintya respons dari seseorang yang terkenal. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal seperti stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir, antara lain :
1.    Merangsang kemampuan berpikir siswa.
2.    Membantu siswa dalam belajar.
3.    Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.
4.    Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
5.    Membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan.

Komponen- komponen dalam keterampilan bertanya
1.    Keterampilan bertanya dasar
a)    Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, sehingga pertanyaan mudah untuk dipahami oleh siswa.
b)   Pemberian acuan, supaya siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi yang menjadi acuan pertanyaan.
c)    Pemusatan ke arah jawaban yang diminta, pemusatan dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
d)   Pemindahan giliran menjawab, pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama.
e)    Penyebaran pertanyaan, denagn maksud tertentu guru dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada peserta didik tertentu, atau menyebarkan respons siswa kepada peserta didik yang lain.
f)    Pemberian waktu berfikir, dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjukkan peserta didik merespons pertanyaannya.
g)   Pemberian tuntunan, bagi peserta didik yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajuklan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebalumnya.
2.    Keterampilan bertanya lanjutan
a)    Pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan, untuk pengembangan berpikir siswa perlu dilakukan pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan.
b)   Urutan pertanyaan, pertanyaan yang diajukan harus membunyai urutan yang logis.
c)    Melacak, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.
d)   Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar peserta didik.

3.    Hal-hal yang harus dihindari
a)    Menjawab pertanyaan sendiri.
b)   Mengulang jawaban peserta didik, karena akan membuang waktu.
c)    Mengulang-ulang pertanyaan sendiri.
d)   Mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak.
Teknik dasar bertanya dilakukan dalam proses pembelajaran antara lain :
1.    Pertanyaan yang diajukan harus jelas dan langsung diajukan kepada semua peserta didik, dan berikan waktu secukupnya untuk berpikir menjawabnya.
2.    Mencegah jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
3.    Mempersilahkan peserta didik untuk menjawab.
4.    Memotivasi peserta didik agar mendengarkan jawaban



DAFTAR PUSTAKA


Asril, Drs. Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.