Jumat, 27 Juni 2014

Keterampilan Membimbing Diskusi

Keterampilan Membimbing Diskusi

A.      Pengertian
Diskusi adalah suatau percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Akan tetapi, tidak semua ppekerjaan atau pembicaraan dapat disebut diskusi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, dengan maksud agar pembicaraan itu bermanfaat dan langsung secara aktif.
Diskusi selalu terjadi dalam kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Sesuai dengan penggunaannya dalam kegiatan belajar mengajar, maka pengertian “diskusi kelompok kecil” adalah percakapan dalam kelompok yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
1.        Melibatkan kelompok yang banyak anggota berkisar antara 3-9 orang (idealnya 5-9).
2.        Berlangsung interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan) dan langsung, artinya semua anggota kelompok artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling pandang dan saling mendengar serta berkomunikasi satu dengan yang lain.
3.        Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antara anggota kelompok.
4.        Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.


B.       Komponen-komponen Kererampilan Pengajaran Diskusi
1.        Memusatkan Perhatian
Memusatkan perhatian dapat dilakukan dengan cara:
a)        Merumuskan tujuan pada awal diskusi serta menenalkan topic atau masalah dalam benuk pernyataan atau pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahu.
b)        Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakannya kembali bila terjadi penyimpangan-penyimpangan.
c)        Mencatat dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang mengakibatkan penyimpangan diskusi dri tujuan atau masalah pokok akan dipecahkan.
d)       Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum melanjutkan dengan masalah berikutnya.
Hal ini perlu dilakukan agar peserta diskusi menyadari hasil yang telah dicapai, target yang belum dicapai, serta apa yang harus dibicarakan berikutnya.

2.        Memperjelas Masalah atau Urunan Pendapat
Penyampaian ide yang kurang jelas (sukar ditanggapi oleh anggota kelompok) dapat menimbulkan kesalahpahaman hingga suasana dapat menjadi tegang. Untuk menghindari hal itu, guru (pimpinan diskusi) harus memperjelas penyampaian ide tersebut dengan cara:
a)        Menguraikan kembali gagasan siswa yang kurang jelas itu hingga menjadi jelas (dimengerti oleh anggota kelompok).
b)        Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan pertanyaan yang membantu memperjelas idea tau mengembangkan ide tersebut.
c)        Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai dan mudah dimengerti.
Dengan memperjelas ide maka semua peserta diskusi mendapat gambaran yang sama tentang apa yang dikemukakan, dan juga membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

3.        Menganalisis Pandangan Siswa
Perbedaan pendapat antara anggota kelompok dalam suatu diskusi sering terjadi. Perbedaan pendapat ini dapat dimanfaatkan untuk membimbing siswa (kelompok) berpartisipasi secara konstuktif dan kreatif, dengan cara: guru (pimpinan diskusi) mampu menganalisis alas an perbedaan pendapat tersebut, misalnya:
a)        Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
b)        Memperjelas hal-hal yang telah disepakati dengan hal-hal yang tidak disepakati
Keterampilan ini sangat berperan dalam kegiatan diskusi tentang tata nilai atau jika diskusi bermaksud mencapai kesimpulan atau konsensus.




4.        Meningkatkan Urunan Siswa
Diskusi akan benar-benar bermanfaat untuk mengemabangkan kemampuan berpikir kristis bagi siswa. Jika guru (pemimpin diskusi) mampu meningkatkan urunan pikiran yang diberikan oleh siswa dengan cara antara lain.
a)        Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci yang menantang siswa unuk berpikir. Pertanyaan yang dimulai dengan, misalanya “bagaimana jika anda…., “ dapat meningkatkan urunan siswa.
b)        Memberikan contoh-contoh, baik verbal maupun non verbal yang sesuai dan padat saat yang tepat, misalnya cerita, gambar, grafik.
c)        Menghangatkan suasana dengan pertanyaan-pertanyaan.
d)       Member waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar guru.
e)        Memberikan dukungan terhadap urunan siswa dengan jalan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar yang positif, sikap yang bersahabat, atau mimik yang memberikan penguatan. Siswa yang merasa mendapat dukungan guru akan meningkatkan urunan pikirannya.

5.        Menyebarkan Kesempatan Berpartisipasi
Dalam diskusi harus dihindari terjadinya monopoli pembicaraan, baik oleh siswa (peserta diskusi) maupun oleh guru (pemimpin diskusi). Untuk menghindari monopoli pembicaraan, guru harus memiliki keterampilan untu memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta diskusi.
Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain.
a)        Mencoba memancing atau mendrong siswa yang enggan atau malu-malu mengeluarkan pendapat.
b)        Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak, dengan memberikan giliran pada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
c)        Mencegah secara bujaksana siswa yang suka memonoppoli pembicaraan.
d)       Mendorong siswa untuk mengomentari urunan pikiran temannya sehingga interaksi siswa dapat ditingktakan.
e)        Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan pendapat yang sama, dapat dicari pemecahan masalah secara alternatif.

6.        Menutup Diskusi
Menutup diskusi dapat dilakukan dengan cara:
a)        Membuat rangkuman hasil diskusi dengan banuan para siswa.
b)        Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang topik diskusi yang akan datang.
c)        Mengajak siswa menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai dengan cara observasi, wawancara, sekala sikap, dan sebagainya, dengan mengetahui hasil penilaian ini, siswa dapat menyadari peran dan penampilannya dalam diskusi, dan merupakan balikan atau perbaikan diskusi yang akan datang.
Agar guru dapat menguasai keenam keterampilan tersebut dengan baik, guru hendaknya mengindari hal-hal sebagai berikut.
a)        Menyelengarakan diskusi dengan topic yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang pengetahuan siswa.
b)        Mendominasi pembicaraan dengan pertanyaan yang terlamapau banyak dan jawaban yang banyak pula.
c)        Membiarkan siswa tertentu memonopoli pembicaraan.
d)       Membiaran terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan.
e)        Tergesa-gesa meminta respon siswa atau terus mengisi waktu dengan berbicara; siswa tidak sempat berpikir.
f)         Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi.
g)        Tidak memperjelas atau mendukung ururnan (pendapat) siswa.
h)        Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Eriyanti dkk. 2002. Keterampilan Dasar Proses Belajar Mengajar (Pengajaran Micro). Tidak diterbitkan. Universitas Baturaja.
Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai debngan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar