PROPOSAL PENELITIAN
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD NEGERI 05 OKU MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN
Disusun Oleh
Andri Syarifudin 1121153
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA,
SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2014
PROPOSAL
PENELITIAN
EFEKTIFITAS
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD NEGERI 05 OKU
MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan utnuk mengatasi masalah yang terjadi di
dunia pendidikan Indonesia, yaitu lemahnya proses belajar dan pelaksanaan
pembelajaran yang masih didominasi oleh guru (teacher centered). Kenyataan ini berlaku untuk semua mata
pelajaran. Proses pembelajaran mata pelajaran sains, salah satunya mata
pelajaran Bahasa Indonesia, saat ini belum mampu mengembangkan kemampuan anak
untuk berpikir kritis dan sistematis. Hal tersebut disebabka masih sering
digunakannya metode atau model konvensional dalam pembelajaran, seperti metode
ceramah dan metode atau model lain yang masih didominasi oleh guru (teacher centered). Dalam KTSP guru
lebih leluasa merancang pengalaman pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
sesuai dengan satuan pendidikan, karakteristik sekolah/daerah maupun karakteristik
peserta didik. Demikian juga sistem penilaian yang dikembangkan disesuaikan
dengan indicator untuk mata pelajaran tertentu.
Adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan paradigma pendidikan menurut
guru lebih inovatf dalam merancang pembelajaran, artinya guru harus melakukan
reformasi kelas dalam menyusun maupun melaksanakan pembelajaran. Strategi dalam
hal ini merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan akan dapat membangkitkan
motivasi intrinsic. Apabila komponen tujuan, organisasi dan isi umumnya telah
ditetapkan, maka komponenstartegi tergantung pada kreativitas dan kualitas
professional guru sebagai pengelola pembelajaran.
Hal ini terjadi karena
pola piker belajar diartikan sebagai perolehan pengetahuan, dan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan kepada siswa, di samping itu pembelajaran ditekankan
pada hasil, bukan pada proses. Akibatnya guru harus mengajar dengan sistem
konvensional dengan penggunaan metode ceramah dan cara siswa belajar lebih
dominan dengan mengerjakan apa yang diberikan guru. Bebrapa metode atau model
pernah diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi, hasilnya tidak menjadi bahan
refleksi bagi guru. Kalau ada siswa yang mendapatkan nilai rendah belum ada
upaya untuk mengadakan perbaikan atau pengulangan pada siklus berikutnya
sehingga dapat dikatakan guru yang mengajar belum sepenuhnya menjalankan tugas
sebagai pendiagnosa kemajuan belajar siswa.
Menurut Suryosubroto
(2009: 2), “tugas dan peranan guru sebagai pendidik professional sesungguhnya
sangat kompleks.” Kompleksitas belajar tersebut dipengaruhi oleh banyak hal.
Oleh sebab itu, saat merancang skenario pembelajaran harus diperhitungkan
metode atau model yang bervariasi. Hal tersebut sejalan dengan hakekat manusia
yang secara faktual selalu utuh dalam berpikir dan berprilaku, serta hakekat
kehidupan yang selalu berkorelasi.
Dalam proses belajar
mengajar yang baik, guru hendaknya menggunakan berbagai model pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran tersebut
adalah inkuiri. Menurut Trianto, (2007: 135), “Inkuiri pada dasarnya adalah
suatu rangkaian kegiatan pembellajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.”
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
mengajar peneliti di SD Negeri 05 OKU, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 05 OKU masih rendah karena secara
klasikal nialai rata-rata siswa belum mencapai nialai Kriteria Ketuntasan
Minimal yang ditetapkan, yaitu 70. Hal tersebut disebabkan guru belum
sepenuhnya melaksanakan perannya dalam mencari kekurangan dan kelemahan siswa
dalam pembelajaran serta merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi
permaslahan tersebut. Selain itu, guru belum mampu mengupayakan dan menumbuhkan
minat belajar siswa agar menyenangi pelajaran Bahasa Indonesia. Proses
pembelajaran masih sering menggunakan metode atau model lama yang lebih
berfokus pada guru sebagai orang yang lebih banyak menguasai kelas. Metode atau
model pembelajaran yang diterapkan guru sering satu arah saja. Guru belum
maksimal menerapkan beberapa model pembelajaran yang ada, salah satunya adalah
model pembelajaran Inkuiri. Berdasarkan pengamatan, peneliti beranggapan model
pembelajaran Inkuiri sudah diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas V SD Negeri 05 OKU. Peneliti juga berasumsi bahwa model
pembelajaran Inkuiri mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD Negeri 05 OKU.
Berdasakan uraian di
atas maka penelitian ini dirancang untuk mengkaji “Efektifitas model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan siswa kelas V SD Negeri 05 OKU menulis
karangan berdasarkan pengalaman.” Peneliti mengambil kelas V sebagai objek
penelitian karena kelas V ini sudah menerima materi tentang menulis karangan
berdasarkan pengalaman sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
Standar Kompetensinya berbunyi “Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan
pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog”.
Kompetensi Dasarnya berbunyi “Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada
latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah kemampuan siswa kelas V SD
Negeri 05 OKU menulis karangan berdasarkan pengalaman sebelum menggunakan model
pembelajaran Inkuiri?
2.
Bagaimanakah kemampuan siswa kelas V SD
Negeri 05 OKU menulis karangan berdsarkan pengalaman setelah menggunakan model
pembelajaran Inkuiri?
3.
Apakah model pembelajaran Inkuiri
efektif digunakan dalam pembelajararan menulis karangan berdasarkan pengalaman
pada siswa kelas V SD Negeri 05 OKU?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini
sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas V
SD Negeri 05 OKU menulis karangan berdasarkan pengalam sebelum menggunakan
model pembelajaran Inkuiri.
2.
Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas V
SD Negeri 05 OKU menulis karangan berdasarkan pengalaman setelah menggunakan
model pembelajaran Inkuiri.
3.
Mendeskripsikan efektifitas model
pembelajaran Inkuiri terhadap kemampuan siswa kelas V SD Negeri 05 OKU menulis
karangan berdasarkan pengalaman.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektifitas model
pembelajaran Inkuiri terhadap kemampuan siswa kelas V SD Negeri 05 OKU menulis
karangan berdasarkan pengalaman. Secara praktis, penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai berikut.
1.
Bagi siswa, penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menulis karangan
berdasarkan pengalaman.
2.
Bagi guru, dapat menjadi pedoman dan
umpan balik sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam proses belajar mengajar.
3.
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan
pengetahuan penulis sehingga dapat dijadikan bekal di masa yang akan dating.
4.
Bagi peneliti lain, diharapkan dapat
menjadi rujukan dalam penelitian sejenis.
E.
Hipotesis
Penelitian
“Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap maslah penelitian yang secara teoritis dianggap
paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenaranya” (Margono, 2009: 67).
Berdasarkan pendapat itu, jawaban permasalahan penelitian dapat terbukti dan
dapat pula tidak terbukti. Hipotesis penelitian ini sebagai berikut.
1.
Ha: Model pembelajaran Inkuiri efektif
digunakan dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa
kelas V SD Negeri 05 OKU.
2.
Ho: model pembelajaran Inkuiri tidak
efektif digunakan dalam pembelajran menulis karangan berdasarkan pengalaman
pada siswa kelas V SD Negeri 05 OKU.
F.
Kiteria
Pengujian Hipotesis
“Kriteria pengujian
hipotesis menggunakan rumus uji t (Sugiyono, 2011: 122). Rumus tersebut
digunakan untuk mengetahui perbandingan dari masing-masing tes dengan
menggunakan rumus uji t (t test).
Adapun kriteria penguji
hipotesis, menurut Sugiyono (2011: 97) berlaku ketentuan bahwa bila t hitung
berada pada daerah penerimaan Ho atau terletak di antara harga table, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian bila harga t hitung atau sama dengan
dari harga table maka Ho diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi
tidak dilihat (+) atau (-) nya.
Berdasarkan hal
tersebut, kriteria pengujian hipotesis penelitian ini sebagai berikut.
1.
Jika t hitung > t table, maka model
pembelajaran Inkuiri efektif digunakan dalam pembelajaran menulis karangan
berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SD Negeri 05 OKU. Artinya, Ho ditolak
dan Ha diterima jika t hitung > t table.
2.
Jika t hitung < t table, maka model
pembelajaran Inkuiri tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis karangan
berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SD Negeri 05 OKU. Artinya, Ho
diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t table.
Kriteria pengujian
hipotesis diterima jika α = 0, 05 pada taraf signifikansi 95%.
G.
Kajian
Pustaka
1.
Kajian
teoritis
a.
Pengertian
Belajar
Dalam proses pendidikan
di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Oleh karena
itu, setiap guru perlu memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid
agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar tepat dan
serasi bagi murid-murid.
Pengertian belajar
sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka mengmukakan definisi
belajar menurut pendapat mereka masing-masing. Whittaker dalam Djamarah (2008:
12) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan dan pengalaman.
Hamalik (2007: 16)
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebgai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Jadi, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan proses untuk mencapai tujuan.
Siswa akan mendapat pengalaman dengan menempuh langkah-langkah atau prosedur
yang disebut belajar.
Berdasarkan bebraa
definisi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
dan mengaibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu, apabila
setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang
positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya
tidak bertambah maka dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
b.
Prinsip-prinsip
Belajar
Menurut teori Gestalt
(Djamarah, 2008: 20), prinsip-prinsip belajar meliputi hal-hal sebagai berikut.
1)
Belajar berdasarkan keseluruhan.
2)
Belajar aadalah suatu perkembangan.
3)
Anak didik sebagai organism keseluruhan.
4)
Terjadi transfer.
5)
Belajar adalah mengorganisasikan kembali
pengalaman.
6)
Belajar harus dengan melihat pengertian (insight).
7)
Belajar lebih berhasil bila berhubungan
dengan minat, keinginan, dan tujuan.
8)
Belajar berlangsung terus menerus.
Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar harus memnuhi
persyaratan yang diperlukan untuk belajar, sesuai dengan hakekat belajar,
berkesinambungan, sesuai dengan materi yang harus dipelajari, dan memenuhi
syarat-syarat keberhasilan.
c.
Pengertian
Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari
bahasa inggris “inquiry”, yang secara
harfiah berarti penyelidikan. Paiget dalam Mulyasa (2007: 108) mengemukakan hal
sebagai berikut.
Model
inkuiri merupakan model yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan menemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik.
Model pembelajaran ini
dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakinkan bahwa
anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu.
Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka.
Menurut kunandar (2009:
371), “Inkuiri adalah pembelajaran yang
mendorong siswa untuk belajar dengan melibatkan secara aktif konsep-konsep dan
prionsip-prinsip dan menemukan prisnsip-prisnsip baru untuk mereka sendiri.”
Model inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan peserta
didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model ini peserta didik dilatih untuk
selalu berpikir kritis karena membiasakan peserta didik memecahkan suatu
masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam
meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Dalam
proses inkuiri, guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator,
narasumber, dan penyuluh kelompok. Para peserta didik didorong untuk mencari
pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.
Tujuan utama pembelajaran
melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengmbangkan disipllin
intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Model inkuiri adalah
sebuah model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran pemrosesan
informasi. Berkaitan dengan model inkuiri, Trianto (2007: 135) menjelaskan hal
sebagai berikut.
Inkuiri pada dasarnya
adalah suatu rangkain kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya degan penuh
percaya diri.
Sanjaya (2007: 196),
mendefinisikan model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa.
Sund and Trowbridge
(dalam Mulyasa, 2007: 109) mengemukakan ada tiga macam model inkuiri sebagai
berikut.
1)
Inkuiri Terpimpin (guide inquiry)
Peserta didik
memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut
biasanya berupa biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
Pendekatan ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum berpengalaman,
guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya
sebagaian besar perencanaan dibuat dan peserta didik tidak meumuskan
permasalahan.
2)
Inkuiri bebas (free inquiry)
Pada model ini peserta
didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Peserta didik harus
dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbgagai topic permaslahan yang
hendak diselidiki.
3)
Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada model ini guru
memberikan permaslahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur
penelitian.
Menurut Sanjaya (2007:
196-197), ada beberapa hal yang menjadi cirri utama dari model inkuiri, yaitu:
1)
Model inkuiri menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode
inkuiri menempatkan siswa sebagai sebjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pembelajaran itu sendiri.
2)
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru dituntut
untuk memiliki kemampuan menggunakan teknik bertanya, karena dalam proses
pembelajaran dilakukan melalui proses Tanya jawab antara guru dan siswa.
3)
Tujuan dari penggunaan metode inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar
menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimiliki.
d.
Prinsip-prinsip
Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2007:
199-201), ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan seorang guru dalam
mengguanakan model inkuiri sebagai berikut.
1)
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Maksudnya
adalah dalam model pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Karena itu criteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana
siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa
beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
2)
Prinsip interaksi
Proses pembelajaran
pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing)
agar siswa bias mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3)
Prinsip bertanya
Peran guru yang harus
dilakukan dalam mengembangkan model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemamuan guru untuk bertanya
dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan tekhnik
bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar
untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk
mengembangkan kemampuan atau hanya untuk menguji
4)
Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya
mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri ataupun otak kanan, baaik
otak reptile, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5)
Prinsip keterbukaan
Dalam pembelajaran siswa
perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan
logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinann sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa menegembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukannya.
Prinsip-prinsip
penggunaan model inkuiri tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seorang
guru, agar dalam proses pembelajaran dengan metode inkuiri dpat berjalan dengan
baik dan bias mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu menciptakan suatu
pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi pada penciptaan siswa yang
mampu berpikir kritis dan ilmiah.
e.
Prosedur
Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2007:
201-205), roses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang penting, keberhasilan
model ini sanagat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilaukukan dalam
tahap orientasi sebagai berikut.
a) Menjelaskan
topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
c) Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar.
1) Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakn langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persolan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu. Teka-teki yang menjadio maslah dalam
berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari
dan ditemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantaranya sebagai berikut.
a) Masalah
hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Guru hanya memberikan topik yanmg akan
dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang
telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
b) Masalah
yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut
guru jawaban yang sebenarnya sudah ada tinggal siswa mancari dan mendapatkan
jawabannya secara pasti.
c) Konsep-konsep
dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh
siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri,
guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang
konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
2) Merumuskan
hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalah yang sedang dikaji, sebagai
jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalah yang dikaji.
3) Mengumpulkan
data
Mengumpulkan
data aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam medel pembelajaran ini mengumpulkan data merupakan proes mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peranan guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
4) Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Menguji hipotesis bererti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggung jawabkan.
5) Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru menunjukkan pada siswa data mana yang releven.
Berdasarkasn
prosedur pelaksanaan model pembelajaran
inkuiri tersebut, lanhkah-langkah pembeljaaran menulis karanagn berdasarkan
pengalaman dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas V SD
Negeri 05 OKU sebagai berikut.
1) Orientasi
a) Menjelaskan
topok, yaitu menulis karangan berdasarkan pengalaman, tujuan dan hasil belajar
yang diharapkan dpat dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan
poko-pokok kegiatan berkaitan dengan menulis karangan berdasarkan pengalaman
yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan.
c) Menjelaskan
pentingnya topik menulis karangan berdasarkan pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Merumuskan
masalah
a) Siswa
merumuskan masalah yang akan dikembangkan dalam bentuk karangan. Masalah
dirumuskan berdasarkan hal-hal yang dialami siswa.
b) Masalah
yang akan dikarang berdasarkan pengalaman adalah masalah yang mengandung
teka-teki yang jawabannya pasti.
c) Konsep-konsep
dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh
siswa agar karangan siswa menai lebih terarah.
3) Merumuskan
hipotesis
a) Siswa
merumuskan jawaban sementara atas masalah yang sudah ditentukan dengan
bimbingan guru.
b) Jawaban
sementara tersebut menjadi acuan dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman.
4) Mengumpulkan
data
a) Siswa
mengumpulkan data untuk menambah bobot karangannya yang bisa didapat dari bahan
bacaan atau ingatan pengalaman.
b) Tugas
dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir menggali informasi yang dibutuhkan dalam
mengarang.
5) Menguji
hipotesis
Siswa
mengembnagkan kemampuan berpikir rasional untuk menuji hipotesis yang telah
ditemukan. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan pengalaman
siswa.
6) Merumuskan
kesimpulan
Guru
membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Kesimpualan yang telah dibuat
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk karangan.
f.
Pengertian
Menulis
Enre
dalam Akhadiah (2004: 8) menyatakan bahwa tulisan yang baik harus dapat
berkomunikasi secara efektif kepada siapa tulisan itu ditujukan. Keefektifan
tersebut dapat dilihat dari kalimat-kalimat yang digunakan dalam tulisan
tersebut. Penggunaan kalimat yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk
menyampaikan gagasan dalam menulis, kalimat yang baik dapat meninggalkan kesan
pada benak pembaca. Pembaca akan merasa senang dan menikkamti tulisan yang
disusun dengan kalimat-kalimat yang efektif dan bermakna.
Tarigan
(2001: 24) , berpendapat bahwa “Menulis adalah mencuruahkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipehami oleh
seseorang. Sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik.
Berdasarkan
beberapa teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses
cara menyampaikan atau melahirkan gagasan, pikiran ataupun perasaan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan dengan cara menirukan atau melukiskan lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.
g.
Tujuan
Menulis
Menulis
mempunyai tujuan yang khusus seperti menginformasikan, malukiskan, dan
menyarankan. Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri
seseorang ke dalam sepenggal tulisan. Penulis memegang suatu peranan tertentu,
dalam tulisan mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Menurut
Tarigan (2001: 23-24), setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan yang
sangat beraneka ragam. Bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya
memperhatikan tujuan menulis, yaitu memberitahukan (informative), meyakinkan (persuasive),
menghibur (literaly), menegaskan
perasaan dan emosi (ekspresive).
Menurut
Hugo (dalam Tarigan 2001: 24-25), tujuan menulis adalah sebagai berikut.
1)
Assignment purpose (tujuan penugasan), penulis menulis
sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; 2) Altruisticpurpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong
para pembaca, memahami, menghargai perasaan dan penelarannya, ingin membuat
hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karya itu; 3) Persuasive purpose (tujuan persuasif), tulisan
yang bertuan meyakinkan para pembaca akan kebenaranb gagasan yang diutarakan;
4) Informational purrpose (tujuan
informasional, tujuan penerangan), tulisan penerangan kepada para pembaca; 5) Self-ekspressive purpose (tujuan
pernyataan diri), tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri
sang pengarang kepad para pembaca; 6) Creative
purpose (tujuan kreatif), tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai
artistik, nilai-nilai kesenian; 7) Problem
solving purpose (tujuan pemecahan masalah), tujuan penulis ingin memecahkan
dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat
pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan
diterima oelh para pembaca.
Keraf
(2009: 6-7) mengatakan bahwa sebuah wacana yang utuh dapat dibagi-bagi
berdasarkan tujuan umum yang tersirat di balik wacana tadi. Berdasarkan tujuan
penulisannya karangan dapat dibedakan menjadi ekposisi, argumentasi, persuasi,
deskripsi dan narasi.
Pembelajaran
menulis bertuan untuk meingkatkan berpikir dan bernal;ar serta kemampuan
memperluas wawasan. Selain itu, diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan
siswa. Siswa tidak hanya mampu memahami informasi yang idsampaikan secara lugas
atau langsung melainkan juga yang dismpaikan secara terselubung atau secar
tidak langsung.
Berdasrkan
uraian tersebut, dapat disimpulakn bahwa tujuan menulis adalah memberitahukan,
meyakinkan, menghibur, mengekspresikan perasaan dan emosi. Adapun tujuan
pembelajaran menulis adalah untuk meningkatkan berpikir dan bernalar serta
kemampuan memperluas wawasan.
h.
Pengertian
Mengarang
Menurut
Alwi (2006: 445) “Mengarang adalah menulis dan menyusu cerita”. Sementara itu,
Kosasih (2004: 26) mengemukakan bahwa karangan adalah bentuk tulisan yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang
utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau umgkapan
perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mengarang adalah
suatu proses kegiatan pikiran manusia untuk mengumngkapkan pikiran kepada orang
lain atau diri sendiri secara tertulis yang dibuat berdasarklan pertimbangan,
pemikiran yang objektif, jujur serta sesuai denga kenyataan dan bukti-bukti yang
ada dalam menyusun cerita.
Menurut
Kosasih (2004: 26) , ada lima jenis karangan, yaitu karangan deskripsi,
karangan narasi, karangan persuasi, karanmag eksposisi, dan karangan
argumentasi.
a.
Karangan
Narasi
Menurut
Kosasih (2004: 26), karangan narasi adalah karangan yang mjenceritakan suatu
peristiwa dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang
diveritakan itu. Narasi merupakan kisah atau cerita yang bertujuan mengisahkan
atau menceritakan sesuatu dengan hanya mementingkan urutan dan tokoh yang
diceritakan dalam suatu peristiwa. Perhatikan contoh karanganh narasi berikut
ini.
Anak
itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan
memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah ia membuka pinru itu. Ia begitu
terkejut ketika daun pntu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba
berdiri dihadapanya. Tanpa berpikir panjang ia lngsung mengayunkan tinjuannya
ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki
itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor
senga yang siap menerkam. Anak itu pun memukilinya berulang kali hingga ia
terjatuh tak sadarkan diri (Kosasih, 2008: 53).
b.
Karangan
Deskripsi
Menurut
Kosasih (2004: 26), karangan deskripsi adalah karanagn yang menggambarkan suatu
objek dengan tujuan agar pembaca merasa melihat sendiri objek yang digambarkan
itu. Perhatikan contoh karnagan deskripsi berikut ini.
Perempuan
itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit
wajahnya yang kuning nampak semakin cantik. Anak itu berjalan cepat menuju
pintu rumahnya karena meras khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya.
Sedikit susah payah ia membuka pinru itu. Ia begitu terkejut ketika daun pntu
terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri dihadapanya. Tanpa
berpikir panjang ia lngsung mengayunkan tinjuannya ke arah perut lelaki
misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming.
Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor senga yang siap
menerkam. Anak itu pun memukilinya berulang kali hingga ia terjatuh tak
sadarkan diri (Kosasih, 2008: 53).
c.
Karangan
Eksposisi
Menurt
Kosasih (2004: 26), karangan eksposisi adalah karanagn yang memaparkan sejumlah
pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca dapat informasi dan
pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Eksposisi merupakan karangan yang
bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan sesuatu
tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca penerima atau mengikutinya apa
yang tulis oleh penulis. Untuk itu, dikemukakan data dan fakta untuk
memperjelas pemaparan. Perhatikan contoh karangan eksposisi berikut ini.
Dalam
tubuh manusia terdapat aktivitas seperti pada mesin mobil. Tubuh manusia dapat
mengubah energi kimiawi yang terkandung dalam bahan bakarnya yakni makanan yang
ditelan menjadi energi panas dan energi mekanis. Nasi yang anda makan akan
dibakar dalam tubuh sebagaimana bensin dibakarr silinder mesin mobil. Sebagian
dari energi kimiawi yang disediakan oleh nasi itu diubah menjadi energi panas
yang membuat energi meknis yang memungkinkan otot0otot dapat memompa darah
dalam tubuh atau menggerakkan dada pada waktu berbapas (Kosasih, 2008: 55).
d.
Karangan
Argumentasi
Menurut
Kosasih (2004:26), karangan argumentasi adalah karnagn yang bertujuan untuk
membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu.
Argumentasi adalah membuktikan atau menyampaikan alasan berbentuk pendapat,
konsep, atau opini tertulis kepada pembaca. Agar pembaca dapat meyakini apa
yang disampaikan oleh penulis, karnagn argumentasi disertai dengan alasan dan
bukti yang konkrit. Perhatikan contoh karnagn argumentasi berikut ini.
Keberhasilan
domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut m,enyangkut hal
yang sangat rumit, bahkan terkai dengan “meta penampilan” siswa yang
kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan
pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang,
Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar
dan berkarakter (kOsasih, 2008: 56).
e.
Karangan
Persuasi
Menurut
Kosasih (2004: 26), karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca. Persuasi adalah karanagn yang bersifat membujuk, atau
menyarankan pembaca. Karanagn ini memerlukan data sebagai penunjang. Perhatikan
contoh karnagn persuasi berikut ini.
Sebaiknya
pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap
tahun membeli rinuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan
guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan
oerampingan, membeli alat tilis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya.
Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu (Kosasih, 2008: 56).
Dalam penelitian ini,
siswa dibebaskan untuk memilih jenis karangan yang akan mereka gunakan dalam
menuliskan pengalaman mereka.
B.
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai
menulis karangan pernah dilakukan oleh Ana Rosiyana Afriani, Mahasiswa FPBS
Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2010 dengan judul “Efektivitas
Penggunaan Media Gambar Kolase dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan
Deskripsi (Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester VI FPBS Universitas
Pendidikan Indonesia).”
Berdasarkan pembahasan,
penghitungan dengan menggunakan rumus Korelasi
Product Moment, didapat r hitung 0,516. Bila dibandingkan antara nilai
r-hitung dengan r-tabel, ternyata nilai r-hitung lebih besar dari nilai
r-tabel, atau secara matematis dapat ditulis 0,516 > 0,325 dan 0,516 >
0,418. Dalam hal ini menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan
table statistic.
Persamaan penelitian
yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti
tentang menulis karangan. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang
diteliti, jika Afriani melakukan penelitian pada Mahasiswa Semester VI FPBS
Universitas Pendidikan Indonesia, penenliti melakukan penelitian di SD Negeri
05 OKU.
H.
Metodologi
Penenlitian
1.
Variabel
Penelitian
Variable dapat
diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih
(Margono, 2005: 133). Berdasarkan pendapat di atas variabel dalam penenlitian
ini sebagai berikut.
Variabel X = kemampuan siswa kelas V SD Negeri 05
OKU menulis karangan berdasarkan pengalaman sebelum menggunakan model
pembelajaran (pretets)
Variabel Y = kemampuan siswa kelas V SD Negeri 05
OKU menulis karangan berdasarkan pengalaman setelah menggunakan model
pembelajaran inkuiri (posttest)
2.
Metode
Penelitian
Metode yang digunaan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 3)
“Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor lain yang mengganggu.”
Jenis eksperimen yang
digunakan adalah eksperimen semu (Quasi
Experimental Reaserch). Menurut Suryabrata (2009: 92), eksperimen semu
bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan.
Contoh jenis penelitian eksperimen semu, misalnya penelitian untuk menyelidiki
efek dua macam cara menghafal, penenlitian untuk menilai keefektifan cara, dan
penenlitian pedidikan yang menggunakan pretest-posttest.
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa metode eksperimen yang digunakan bertujuan melaksanakan dan menjelaskan
efektifitas model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan siswa kelas V SD
Negeri 05 OKU menulis karangan berdasarkan pengalaman.
Adapun desain
penelitian ini sebagai berikut.
Table
1. Desain Penelitian
Kelompok
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
kelas V SD Negeri 05 OKU
|
O1
|
X1
|
O1
|
3.
Populasi
dan Sampel Penelitian
a.
Populasi
Penelitian
Menurut Arikunto (2002:
102), “Populasi adalah seluruh objek penelitian”. Menurut Mardailis (2008: 53),
populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.
Berdasarkan pengertian tersebut, populasi penenlitian ini adalah seluruh siswa
kelas V SD Negeri 05 OKU yang berjumlah 32 orang.
Table
2. Populasi Penelitian
No
|
Kelas
|
Jumlah
siswa
|
1
|
V
|
32
|
JUMLAH
|
32
|
Sumber:
Tata Usaha SD Negeri 05 OKU Tahun Ajaran 2013/2014
b.
Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:
174) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam
penelitian ini, peneliti berpedoman pada pendapat Arikunto (2010: 134) untuk
sekedar ancer-ancer, maka subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitian merupakan penenlitian populasi. Jadi, sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 05 OKU. Jumlah total dari
sampel penelitian ini bisa dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Table
3. Sampel Penelitian
No
|
Kelas
|
Jumlah
siswa
|
1
|
V
|
32
|
Sumber:
Tata Usaha SD Negeri 05 OKU Tahun Ajaran 2013/2014
4.
Teknik
Penelitian
a.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan
untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes. “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok” (Arikunto, 2010: 139).
Tes yang akan diberikan
kepada siswa adalah tes mengarang. Tes tersebut dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pretest dan posttest terhadap siswa kelas V SD Negeri 05 OKU yang
berjumlah 32 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes adalah 45
menit. Adapun langkah-langlah yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai
berikut.
1)
Menyusun isntrumen penelitian.
2)
Melakukan tes pada siswa kelas V SD
Negeri 05 OKU.
b.
Teknik
Penganalisisan Data
Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penganlisisan data sebagai berikut.
1)
Hasil tes diperiksa kemudian diberikan
skor dengan menggunakan rubik penilaian sebagai berikut.
Tabel
4. Panduan Penilaian Menulis Karangan
No
|
Unsur yang dinlai
|
Penilaian
|
Skor
|
Kriteria
|
1
|
ISI KARANGAN
|
Sangat Baik
|
30
|
Informasi sangat padat dan jelas, inti
dari permasalahan dikembangkan sangat padat dan jelas, pengembangan tesis
sangat sempurna, sangat relevan dengan permasalahan, dan tuntas.
|
29
|
Informasi jelas dan padat, substantif,
pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permaslahan dan tuntas.
|
|||
28
|
Padat informasi, substantif,
pengembangan tesis baik, relevan dengan permaslahan, dan tuntas.
|
|||
27
|
Informasi baik, substansi baik,
pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan, dan tuntas.
|
|||
Baik
|
26
|
Informasi jelas namun terdapat sedikit
kebingungan, substansi baik, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan
permasalahan, dan tuntas.
|
||
25
|
Informasi cukup, substansi cukup,
pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan, dan tuntas.
|
|||
24
|
Informasi cukup, substansi cukup,
pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap.
|
|||
23
|
Inforamsi cukup, substansi cukup,
pengembangan tesis terbatas, hampir relevan dengan masalah tetapi tidak
lengkap.
|
|||
22
|
Informasi hampir cukup, substansi
cukup, pengembangan tesis sangat terbatas, relevan dengan masalah tetapi
tidak lengkap.
|
|||
|
|
Cukup
|
21
|
Informasi hampir cukup, substansi
cukup, pengembangan tesis sangat terbatas, kurang relevan dengan masalah
tetapi tidak lengkap.
|
20
|
Informasi hampir cukup, substansi
cukup, pengembangan tesis tidak cukup, tidak relevan dengan masalah, dan
tidak lengkap.
|
|||
19
|
Informasi terbatas, substansi kurang,
pengembangan tesis tidak cukup, tidak ada permasalahan.
|
|||
18
|
Informasi sangat terbatas, substansi
kurang, pengembangan tesis tidak cukup, tidak ada permasalahan.
|
|||
17
|
Informasi sangat terbatas, substansi
sangat kurang, pengembangan tesis tidak cukup, tidak ada permaslahan.
|
|||
|
|
Kurang
|
16
|
Informasi sangat terbatas, tidak ada
substansi, pengembangan tesis tidak ada, tidak ada permasalahan.
|
15
|
Informasi sangat tidak jelas, tidak
ada substansi, pengembangan tesis tidak ada, tidak ada permasalahan.
|
|||
14
|
Tidak berisi, tidak ada substansi,
tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permaslahan.
|
|||
13
|
Tidak layak nilai
|
|||
|
|
|||
2
|
ORGANISASI KARANGAN
|
Sanagat baik
|
20
|
Ekspresi sangat lancar, gagasan
diungkapkan dengan sangat jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis,
dan kohesif.
|
|
|
|
19
|
Ekspresi sangat lancer, gagasan
diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, dan
kohesif.
|
18
|
Ekspresi lancar, gagasan diungkapkan
dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, dan kohesif.
|
|||
|
|
Baik
|
17
|
Ekspresi lancar, pengungkapan ekspresi
kurang padat, tertata dengan hamper baik, urutan logis.
|
16
|
Ekspresi hampir lancar, pengungkapan
gagasan kurang padat, tidak tertata dengan baik, urutan logis.
|
|||
15
|
Ekspresi hampir lancar, kurang
terorganisasi, ide utama terlihat, beban pendukung terbatas, urutan hampir
logis, tetapi tidak lengkap.
|
|||
14
|
Ekspresi kurang lancar, kurnag
terorganisasi, ide utama terlihat, beban pendukung terbatas, urutan hampi
logis, dan tidak lengkap.
|
|||
|
|
Cukup
|
13
|
Ekspresi kurang lancar, kurang
terorganisasi, ide utama tidak terlihat, urutan hamper logis, dan tidak
lengkap.
|
12
|
Ekspresi tidak lancar, kurang
terorganisasi, ide utama tidak terlihat, urutan tidak logis, dan tidak
lengkap.
|
|||
11
|
Ekspresi tidak lancar, gagasan kacau,
terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis.
|
|||
10
|
Tidak ada ekspresi, gagasan kacau,
terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis.
|
|||
|
|
Kurang
|
9
|
Tidak komunikatif, gagasan kacau,
urutan dan permasalahan tidak logis.
|
8
|
Tidak komunikatif dan terorganisasi.
|
|||
7
|
Tidak layak nilai.
|
|||
3
|
KOSAKATA
|
Sangat Baik
|
20
|
Pemanfaatan potensi kata sangat
canggih, pilihan kata dan ungkapan sangat tepat, sangat menguasai pembentukan
kata.
|
|
|
19
|
Pemanfaatan potensi kata sangat
canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, sangat menguasai pembentukan kata.
|
|
|
|
18
|
Pemanfaatan potensi kata canggih,
pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.
|
|
17
|
Pemanfaatan potensi kata agak canggih,
pilihan kata dan ungkapan hamper tepat, hamper menguasai pembentukan kata.
|
|||
16
|
Pemanfaatan potensi kata agak canggih,
pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang tepat.
|
|||
15
|
Pemanfaatan kata agak canggih, pilihan
kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.
|
|||
14
|
Pemanfaatan kata baik, pilihan kata
dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat.
|
|||
|
|
Cukup
|
13
|
Pemanfaatan kata baik, pilihan kata
dan ungkapan kurang tepat.
|
12
|
Pemanfaatan kata hamper baik, pilihan
kata dan ungkapan kurang tepat.
|
|||
11
|
Pemanfaatan potensi kata terbatas,
sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata, dan dapat merusak makna.
|
|||
10
|
Pemanfaatan potensi kata sangat
terbatas, sangat sering terjadi keslahan penggunaan kosakata dan dapat
merusak makna.
|
|||
|
|
Kurang
|
9
|
Pemanfaatan potensi kata sangat
terbatas, kosakata rendah
|
8
|
Pemanfaatan potensi kata sangat
terbatas, kosakata rendah.
|
|||
7
|
Tidak layak nilai
|
|||
4
|
PENGGUNAAN BAHASA
|
Sangat baik
|
25
|
Kontruksi kompleks dan efektif
|
24
|
Kontruksi kompleks dan efektif hanya
terjadi sedikit kesalahan penguasaan bentuk bahasa.
|
|||
|
|
|
23
|
Kontruksi hampir kompleks dan efektif,
hanya terjadi sedikit kesalahan penguasaan bentuk kebahasaan.
|
|
|
|
22
|
Kontruksi hampir kompleks dan efektif,
terjadi kesalahan penguasaan bentuk kebahasaan namun tidak menggangu.
|
|
|
Baik
|
21
|
Konstruksi sederhana dan efektif,
terjadi kesalahan penguasaan bentuk kebahasaan namun tidak mengganggu.
|
|
|
|
20
|
Konstruksi sederhana tetapi efektif,
terjadi kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan
tetapi makna tidak kabur.
|
|
19
|
Konstruksi sederhana tetapi hampir
efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan
tetapi makna tidak kabur.
|
||
|
18
|
Konstruksi sederhana tetapi efektif,
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi
makan tidak kabur.
|
||
Cukup
|
17
|
Terdapat kesalahan pada konstruksi
tapi tidak mengganggu
|
||
|
16
|
Terdapat kesalahan pada konstruksi
tapi tidak serius.
|
||
|
15
|
Terdapat kesalahan pada konstruksi.
|
||
|
14
|
Terdapat kesalahan pada konstruksi
kalimat yang hampir serius.
|
||
|
13
|
Terdapat kesalahan serius pada
konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.
|
||
|
12
|
Terjadi kesalahan serius pada
konstruksi kalimat, makana membingungkan atau kabur, kalimat menjadi tidak
jelas.
|
||
|
11
|
Terjadi kesalahan sangat serius dalam
konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.
|
||
Kurang
|
10
|
Sedikit menguasai aturan sintaksis,
makna membingungkan.
|
||
|
9
|
Sedikit menguasai aturan sintaksis,
makna membingungkan, dan banyak terjadi kesalahan.
|
||
|
8
|
Sedikit menguasai aturan sintaksis,
makna membingungkan, banyak terjadi kesalahan dan kalimat tidak jelas.
|
||
|
7
|
Sedikit menguasai aturan sintaksis,
makna membingungkan, banyak terjadi kesalahan dan tidak komunikatif.
|
||
|
6
|
Tidak menguasai aturan sintaksis,
terdapat banyak terjadi kesalahan, dan sangat tidak komunikatif.
|
||
|
|
|
5
|
Tidak layak nilai.
|
5
|
MEKANIK ATAU EJAAN
|
Sangat baik
|
5
|
Menguasai seluruh penulisan, hanya
terdapat beberapa kesalahan ejaan.
|
Baik
|
4
|
Kadan-kadang terjadi kesalahan ejaan
tetapi tidak mengaburkan makna.
|
||
Cukup
|
3
|
Sering terjadi kesalahan ejaan, makna
membingungkan atau kabur.
|
||
Kurang
|
2
|
Tidak menguasai aturan enulisan,
terdapat banyak kesalahaan ejaan, tulisan tidak terbaca dan tidak layak
nilai.
|
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro
(2010: 306-307)
2)
Setelah semua hasil tes didapat,
kemudian diberi nilai dengan rentang 10-10. Skor yang telah diperoleh
dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
|
Keterangan
Nilai : Kemampuan siswa
yang dicari
Skor mentah : Skor murni yang diperoleh
siswa
Skor maksimum ideal : Skor tertinggi apabila semua jawaban benar
100 : Nilai tetap
(Sudijono, 2011: 318).
3) Setlah
masing-masing pekerjaan siswa dinilai lalu dipersentasekan untuk mencari nilai
rata-rata kelas. Perhitungan tahapan ini dilakukan dengan rumus sebagai
berikut.
Keterangan
P = Persentase hasil
yang diperoleh
f = frekuensi
N=
Jumlah sampel penelitian (Sudijono, 2010: 43).
Untuk menentukan mampu
atau tidaknya siswa dalam menulis karangan, penulis menggunakan perhitungan
persentase (Sudijono, 2011: 35). Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 5
berikut ini.
Tabel
5. Kriteria Penilaian
Nilai Angka
|
Nilai Huruf
|
Predikat
|
80-100
|
A
|
Baik sekali
|
66-79
|
B
|
Baik
|
56-65
|
C
|
Cukup
|
46-55
|
D
|
Kurang
|
00-45
|
E
|
Gagal
|
Sumber:
Sudijono (2011: 35)
4)
Menafsirkan nilai untuk melihat
efektifitas pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan rumus uji t (t test).
1
Keterangan
To : Tes observasi
SE : Standard
eror
MD : Mean
of Difference
SD
: Standar Deviasi (Sudijono, 2011:
324-327)
5)
Menganalisis dan membahas hasil kemampuan
siswa.
6)
Membuat simpulan.
I.
Langkah
Kerja dan Jadwal Penenlitian
1.
Langkah
Kerja
a.
Tahap
persiapan
1)
Melakukan studi pustaka
2)
Menyusun rancangan penelitian
3)
Membuat catatan kecil mengenai hal-hal
yang penting dalam penelitian.
4)
Melakukan konsultasi dengan pembibmbing.
b.
Tahap
Pengumpulan Data
1)
Menyusun instrument penelitian.
2)
Melakasanakan penelitian pada siswa kelas
V SD Negeri 05 OKU.
c.
Tahap
Penganalisisan Data
1)
Hasil tes diperiksa kemudian diberi skor
dengan menggunakan rubik penilaian.
2)
Setelah semua hasil tes didapat, kemudian
diberi nilai dengan rentan 10-100. Skor yang telah diperoleh kemudian
dianalisis.
3)
Setelah masing-masing pekerjaan siswa
dinilai lalu dipresentasikan untuk mencari nilai ratat-rata kelas.
4)
Menafsirkan nilai untuk melihat
efektifitas pembelajaran menulis karangan.
5)
Menganalisis dan membahas hasil kemampuan
siswa.
6)
Membuat simpulan.
d.
Tahap
Penyusunan Naskah
1)
Menyusun dan mendeskripsikan naskah sementara.
2)
Melakukan konsultasi dengan pembimbing.
3)
Merevisi naskah.
4)
Menyusun kembali hasil revisi naskah
DAFTAR
PUSTAKA
Afriani, Ana Rosiyana. 2010. “Efektivitas Penggunaan
Mendia Gambar Kolase dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
(Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester VI FPBS Universitas Pendidikan
Indonesia)”. Skripsi tidak
diterbitkan. Jakarta: FPBS. Universitas Pendidikan Jakarta.
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.
Ridwan. 2004. Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan. 2006. Kamus Beasar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dikdasmen, Dirjen. 2003. Pedoman khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi
Sekolah Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Keraf, Gorys. 2009. Argumentasi dan Narasi. Ende Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2008. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusatraan. Bndung: Yrama Widya.
Kunandar. 2009. Guru
Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajran Kreatif dan
Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mardailis. 2008. Metode
Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajarn Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Suryosubroto, B. 2009. Proses belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan).
Jakarta: Prenada Media Group.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakrta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Tarigan, Henry Guntur. 2001. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar