Keterampilan
Membimbing Diskusi
A.
Pengertian
Diskusi adalah suatau
percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Akan tetapi, tidak
semua ppekerjaan atau pembicaraan dapat disebut diskusi. Ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, dengan maksud agar pembicaraan itu bermanfaat dan langsung
secara aktif.
Diskusi selalu terjadi
dalam kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Sesuai dengan
penggunaannya dalam kegiatan belajar mengajar, maka pengertian “diskusi kelompok
kecil” adalah percakapan dalam kelompok yang memenuhi syarat-syarat tertentu,
yaitu:
1.
Melibatkan kelompok yang banyak anggota
berkisar antara 3-9 orang (idealnya 5-9).
2.
Berlangsung interaksi secara bebas
(tidak ada tekanan dan paksaan) dan langsung, artinya semua anggota kelompok
artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling pandang dan
saling mendengar serta berkomunikasi satu dengan yang lain.
3.
Mempunyai tujuan tertentu yang akan
dicapai dengan kerja sama antara anggota kelompok.
4.
Berlangsung menurut proses yang teratur
dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
B.
Komponen-komponen
Kererampilan Pengajaran Diskusi
1.
Memusatkan
Perhatian
Memusatkan perhatian
dapat dilakukan dengan cara:
a)
Merumuskan tujuan pada awal diskusi
serta menenalkan topic atau masalah dalam benuk pernyataan atau pertanyaan yang
menggugah rasa ingin tahu.
b)
Menyatakan masalah-masalah khusus dan
menyatakannya kembali bila terjadi penyimpangan-penyimpangan.
c)
Mencatat dengan cermat
perubahan-perubahan yang tidak relevan yang mengakibatkan penyimpangan diskusi
dri tujuan atau masalah pokok akan dipecahkan.
d) Merangkum
hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum melanjutkan dengan masalah
berikutnya.
Hal ini perlu dilakukan
agar peserta diskusi menyadari hasil yang telah dicapai, target yang belum
dicapai, serta apa yang harus dibicarakan berikutnya.
2.
Memperjelas
Masalah atau Urunan Pendapat
Penyampaian ide yang
kurang jelas (sukar ditanggapi oleh anggota kelompok) dapat menimbulkan
kesalahpahaman hingga suasana dapat menjadi tegang. Untuk menghindari hal itu,
guru (pimpinan diskusi) harus memperjelas penyampaian ide tersebut dengan cara:
a)
Menguraikan kembali gagasan siswa yang
kurang jelas itu hingga menjadi jelas (dimengerti oleh anggota kelompok).
b)
Meminta komentar peserta diskusi yang
lain dengan mengajukan pertanyaan yang membantu memperjelas idea tau
mengembangkan ide tersebut.
c)
Menguraikan gagasan siswa dengan
memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai dan mudah
dimengerti.
Dengan memperjelas ide
maka semua peserta diskusi mendapat gambaran yang sama tentang apa yang
dikemukakan, dan juga membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
3.
Menganalisis
Pandangan Siswa
Perbedaan pendapat
antara anggota kelompok dalam suatu diskusi sering terjadi. Perbedaan pendapat
ini dapat dimanfaatkan untuk membimbing siswa (kelompok) berpartisipasi secara
konstuktif dan kreatif, dengan cara: guru (pimpinan diskusi) mampu menganalisis
alas an perbedaan pendapat tersebut, misalnya:
a)
Meneliti apakah alasan tersebut memang
mempunyai dasar yang kuat.
b)
Memperjelas hal-hal yang telah
disepakati dengan hal-hal yang tidak disepakati
Keterampilan ini sangat
berperan dalam kegiatan diskusi tentang tata nilai atau jika diskusi bermaksud
mencapai kesimpulan atau konsensus.
4.
Meningkatkan
Urunan Siswa
Diskusi akan
benar-benar bermanfaat untuk mengemabangkan kemampuan berpikir kristis bagi
siswa. Jika guru (pemimpin diskusi) mampu meningkatkan urunan pikiran yang
diberikan oleh siswa dengan cara antara lain.
a)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci
yang menantang siswa unuk berpikir. Pertanyaan yang dimulai dengan, misalanya
“bagaimana jika anda…., “ dapat meningkatkan urunan siswa.
b)
Memberikan contoh-contoh, baik verbal
maupun non verbal yang sesuai dan padat saat yang tepat, misalnya cerita,
gambar, grafik.
c)
Menghangatkan suasana dengan
pertanyaan-pertanyaan.
d) Member
waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar guru.
e)
Memberikan dukungan terhadap urunan
siswa dengan jalan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar
yang positif, sikap yang bersahabat, atau mimik yang memberikan penguatan.
Siswa yang merasa mendapat dukungan guru akan meningkatkan urunan pikirannya.
5.
Menyebarkan
Kesempatan Berpartisipasi
Dalam diskusi harus
dihindari terjadinya monopoli pembicaraan, baik oleh siswa (peserta diskusi)
maupun oleh guru (pemimpin diskusi). Untuk menghindari monopoli pembicaraan,
guru harus memiliki keterampilan untu memberikan kesempatan yang sama bagi
semua peserta diskusi.
Penyebaran kesempatan
berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain.
a)
Mencoba memancing atau mendrong siswa
yang enggan atau malu-malu mengeluarkan pendapat.
b)
Mencegah terjadinya pembicaraan yang
serentak, dengan memberikan giliran pada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
c)
Mencegah secara bujaksana siswa yang
suka memonoppoli pembicaraan.
d) Mendorong
siswa untuk mengomentari urunan pikiran temannya sehingga interaksi siswa dapat
ditingktakan.
e)
Jika terjadi jalan buntu karena
perbedaan pendapat yang sama, dapat dicari pemecahan masalah secara alternatif.
6.
Menutup
Diskusi
Menutup diskusi dapat
dilakukan dengan cara:
a)
Membuat rangkuman hasil diskusi dengan
banuan para siswa.
b)
Memberi gambaran tentang tindak lanjut
hasil diskusi ataupun tentang topik diskusi yang akan datang.
c)
Mengajak siswa menilai proses maupun
hasil diskusi yang telah dicapai dengan cara observasi, wawancara, sekala
sikap, dan sebagainya, dengan mengetahui hasil penilaian ini, siswa dapat
menyadari peran dan penampilannya dalam diskusi, dan merupakan balikan atau
perbaikan diskusi yang akan datang.
Agar guru dapat
menguasai keenam keterampilan tersebut dengan baik, guru hendaknya mengindari
hal-hal sebagai berikut.
a)
Menyelengarakan diskusi dengan topic
yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang pengetahuan siswa.
b)
Mendominasi pembicaraan dengan
pertanyaan yang terlamapau banyak dan jawaban yang banyak pula.
c)
Membiarkan siswa tertentu memonopoli
pembicaraan.
d) Membiaran
terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan.
e)
Tergesa-gesa meminta respon siswa atau
terus mengisi waktu dengan berbicara; siswa tidak sempat berpikir.
f)
Membiarkan siswa yang enggan
berpartisipasi.
g)
Tidak memperjelas atau mendukung ururnan
(pendapat) siswa.
h)
Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Eriyanti
dkk. 2002. Keterampilan Dasar Proses
Belajar Mengajar (Pengajaran Micro). Tidak diterbitkan. Universitas
Baturaja.
Asril,
Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai
debngan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar