Makalah
Pembicara
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliaah
Retorika
Disusun Oleh
Andri Syarifudin 1121153
Dosen Pembimbing:
Darningwati, M.Pd
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Retorika. Di samping
itu, makalah ini dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa-mahasiswi tentang
ilmu retorika.
Kami sangat
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik, saran,
dan masukan dari pembaca dapat memperbaiki kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang.
Semoga makalah
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa-mahasiswi
Universitas Baturaja.
Baturaja, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D. Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kepribadian
Berbicara............................................................................... 3
B. Pembicara,
Tempat dan Ruangan.............................................................. 5
C. Tujuan
Pidato dan Analisis Pendengar..................................................... 7
D. Rasa
Takut dan Cemas Sebelum Berpidato.............................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................... 14
B. Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seorang pembicara di depan publik,
umumnya menjadi pusat perhatian. Semua pandangan dan perhatian tertuju padanya.
Terutama orang memperhatian keistimewaan dan kelemahannya, tetapi perhatian
yang bersifat negative akan lenyap, apabila ia menawan hati pendengar karena
memancarkan kekuatan, kejelasan, kehalusan, sikap yang penuh pertimbangan dan
manusiawi. Tidak perlu seorang pembicara memiliki pendidikan yang tinggi.
Perhatian pendengar terhadap pembicara tergantung pada keterampilan berbicara,
ketetapan argumentasi dan pada daya menyakinkan yang dipancarkan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah berbicara didepan umum yang baik
2.
Bagaimanakah mengatasi rasa takut saat berpiato/ceramah
3.
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat kiata akan berpidato/ceramah
C.
Tujuan
Penulisan
Sehubungan
dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah
ini sebagai berikut.
1.
Menjelaskan berbagai macam cara mengatasi rasa takur dalam berpidato/ceramh
2.
Mendeskripsikan suatu kepribadian seseorang dalam berbicara
3.
Menjelaskan berbagai macam cara mengatasi rasa takut dalam berpidato/ceramh
D.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini,
diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
Secara teoretis, makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat dan memberi pengetahuan baru mengenai kepribadian
dalam berbicara. Secara praktis,
makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
a.
Penulis
Penulis diharapkan setelah membuat dan
mempresentasikan makalah ini dapat lebih memahami dalam proses berbicara
didepan umum atau berpidato/ceramah.
b.
Pembaca
Semoga
setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang kepribadian
pembicara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kepribadian
Pembicara
Kepribadian pembicara adalah unsur
penting yang menentukn efektivitas komunikasi retoris. Dibawah ini dijelaskan
faktor-faktor yang turut membentuk kepribadian seorang pembicara yang baik.
Seorang pembicra hendaknya memiliki
dasar pendidikan yang cukup dan pengetahuan umum yang luas. Ia memiliki rasa
percaya diri dan kepastian, sehingga mampu memancarkan kepastian. Cara dan
bentuk pergaulannya sesuai dengan tingkat orang-orang yang dihadapinya. Ia
menyesuaikan cara berpakaian dengan tempat dan tingkat serta karakter
pertemuan. Dalam penampilan ia senantiasa memperhatikan keapikan dan
kebersihan. Ia jujur dan ikhlas dalam tutur kata dan tingkah laku. Ia
bersemangat dan mampu member semangat. Dalam pembicaraan ia memiliki artikulasi
yang jelas. Bahasanya memiliki daya meyakinkan, karena merumuskan ungkapan yang
tepat dan dialektis.
Dalam membina relasi sosial, seorang
pembicara harus tahu tenggang rasa, dan memperhatikan tata sopan santun. Dalam
setiap penampilan ia bersikap sederhana, tetapi menarik dan asli. Ia senantiasa
berusaha mengenali situasi masyarakat, khususnya para pendengarnya.
Seorang pembicara juga harus
mempertimbangkan penampilan lahirnya. Pakaiannya harus dipertenggangkan dengan
situasi pendengarnya. Meski dewasa ini banyak orang menyukai pakaian yang
berwarana-warni, namun bila membawakan pidato secara resmi hendaknya pembicara
jangan memakai pakaian yang member efek yang tidak menenangkan. Pakaian yang
terlalu berwarna akan membelokkan dan mengganggu perhatian pendengar. Umumnya
pakaian resmi dalam pesta besar terdiri dari baju putih dan jas hitam dan
celana panjang hitam, atau yang berwarna gelap.
Penampilan seorang pembicara yang meyakinkan
dapat merebut hati pendengar dan mempengaruhi mereka.
Untuk mencapai sukses yang besar
memang sukar, tetapi mencapai kepribadian adalah jauh lebih sukar. Untuk
mempertinggi penampilan yang menarik, diberikan beberapa anjuran dan nasihat
sebagai berikut:
·
Mencari orang besar
yang dapat dijadikan contoh atau model.
·
Membuat satu daftar
kelemahan pribadi,sebagai patokan dalam usaha untuk mengurangi atau
menghilangkannya.
·
Mencari dan mengambil
pengetahuan baru.
·
Melatih pikiran dan
kesanggupan berkonsentrasi.
·
Memperluas
perbendaharaan kata.
·
Membaca buku-buku yang
baik.
·
Lebih baik belajar
mendengar.
·
Memperhatikan manusia
secara teliti.
·
Mempelajari bahasa
asing.
Untuk
membina kepribadian, dibawah ini disertakan beberapa patokan:
·
Public tidak akan
memberikan kepercayaan kepada seorang pembicara secara Cuma-Cuma. Dia sendiri
harus memperolehnya lewat usaha yang keras.
·
Rasa partisipasi
seorang pembicara menentukan juga rasa pasti waktu penampilannya.
·
Orang tidak dapat
menghilangkan kelemahan-kelemahan manusiawinya, kalau orang itu tidak mengenal
kelemahan itu atau kalau orang lain tidak memberitahunya.
·
Adalah lebih gampang
mengenal sepuluh kesalahan dan kelemahan orang lain, dari pada mengenal
kesalahan dan kelemahan pada diri sendiri.
·
Tampillah secara
meyakinkan, bukalah mulutmu, bicaralah dan berhentilah dengan segera.
·
Siapa yang tergelincir
karena lidah dapat menghancurkan dirinya sendiri.
B.
Pembicara,
TEmapat dan Ruangan
1.
Tempat
Berpidato
Situasi sekitar dan atmosfer adalah
dua hal yang penting bagi pembicara. Ia harus merasa senang dengan sekitarnya,
sebab rasa senang dengan sekitar ini member dia rasa pasti dan ketenangan. Oleh
karena itu, pembicara dan pemimpin acara perlu sekali bersama-sama meninjau
tempat berpidato. Mereka harus mempertimbangkan
dimana sebaiknya ia berdiri? Pembicara harus menempatkkan diri sedemikian rupa,
sehingga pendengarnya memiliki tempat yang baik untuk bisa melihat dan
mendengar suaranya. Jadi:
·
Tidak boleh terlalu
jauh dengan pendengarnya.
·
Tidak boleh terlalu
tinggi melampau kepala pendengar. ( Berarti panggung yang terlalu tinggi itu
tidak baik).
·
Pandangannya tidak
boleh melawan matahari atau cahaya.
·
Dibelakang pembicara
tidak boleh ada faktor-faktor yang dapat mengganggu dan tidak boleh ada jendela
atau pintu.
·
Tempat berdiri dan
mimbar sebaiknya tertutup, terlindung, artinya tidak boleh ada jalan lewat bagi
para pendengar.
2.
Ruang
Pidato
Sering kali banyak orang dikumpulkan
di dalam ruangan yang sempit. Orang berhimpit-himpitan. Mereka merasa diri
sebagai barang yang dimasukkan ke dalam gedung. Dua hal penting harus
diperhatikan:
·
Ruang pidato tidak
boleh terlalu besar atau terlalu kecil
·
Ruangan yang hanya
setengah terisi oleh pendengar juga kurang baik untuk berpidato
Orang yang tinggal didalam ruangan,
membentuk juga zat pembakar. Oleh karena itu harus juga diperhatikan ventilasi
ruangan itu. Harus ada cukup jendela yang dapat dibuka pada waktu tertentu untuk
memberikan udara segar.
Ruangan besar dapat mempengaruhi
rasa takut dan cemas pembicar. Semakin besar ruangan, maka kecemasan untuk
berbicara pada awal semakin besar. Hal ini akan tampak pada bahasa sang
pembicara. Kata-kata, suku kata, kalimat yang diucapkan, sifat dinamis bahasa,
ritme dan keindahan bahasa yang akan menurun. Maka dari itu bila harus mberbicara
di dalam ruangan besar, harus diperhatikan:
·
Bahwa pembicara bisa
melihat semua pendengarnya.
·
Bahwa ia dapat dilihat
oleh semua pendengar.
·
Bahwa tidak boleh ada
orang yang duduk atau berdiri dibelakang tiang tengah ruangan.
Disamping
itu ruangan dan sekitarnya yang akan dipergunakan harus dipersiapkaan, seperti:
·
Gambaran tenang
rumah/gedung tempat bicara.
·
Jaraknya dari setasiun,
lapangan terbang, dari tempat kediaman.
·
Jumlah tempat parker.
·
Tempat menggantungkan
mantel atau tempat penitipan barang.
·
Kemungkinan-kemungkinan
dapat menjadi gelap.
·
Akustik dan resonasi
ruangan.
·
Penerangan.
·
Pintu, jendela dan
kemungkinan ventilasi udara.
·
Tempat berdiri
pembicara.
·
Hiasan.
·
Tiang-tiang tengah yang
dapat menghalangi penonton melihat pembicara atau sebaliknya.
·
Cara dan urutan duduk.
Supaya
bisa berhasil dalam mebawakan pidato di dalam ruangan besar, ada 7 ketentuan
yang perlu diperhatikan:
·
Sesuaikan diri dan
suara anda dengan pendengar yang berdiri paling jauh.
·
Bicara dengan tempo
yang lambat.
·
Perhatikan konsonan-konsonan
tajam.
·
Pengeras suara harus
cukup baik.
·
Resonansi yang lebih
besar.
·
Mengucapkan dengan
jelas suku kata terakhir, juga bunyi dobel (diftong).
·
Bunyi sengau diperkeras
dan memperkeras bunyi vocal.
C.
Tujuan
Pidato dan Analisis Pendengar
Tujuan pidato dan analisis pendengar
adalah dua faktor yang penting dalam retorika. Sebelum berpidato atau
membawakan ceramah hendaknya digariskan, apa yang mau dicapai pada pendengar,.
Pidato atau ceramah itu berhasil , kalau pikiran dan ide ceramah itu diterima
oleh para pendengar dan dengan itu mendorong mereka untuk bertindak di dalam
hidup hariannya. Untuk itu orang harus menganalisis situasi pendengar. Ada
empat bidang analisis yang sangat penting.:
1. Harapan
dan tujuan dari orang yang memberikan tugas untuk berpidato atau berceramah.
2. Harapan
penceramah dan tujuan yang mau dicapainya.
3. Harapan
dan keinginan/kebutuhan para pendengar sendiri.
4. Organisasi
pada umumnya dan tempat membawakan ceramah/pidato.
1.
Sebelum
Menerima Tawaran
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini
hendaknya dipertimbangkan sebelum anda menerima satu tawaran untuk membawakan
ceramah atau pidato:
·
Mengapa saya harus
membawakan ceramah, pidato atau wjangan ini?
·
Apakah saya dianjurkan
untuk menjadi penceramah?
·
Apakah ceramahku ini
sebagai satu kesempatan baik atau sebagai perangkap?
·
Apakah saya akan
mendapatkan hassil baik lewat ceramah ini, atau mungkin mengalami kegagalan?
·
Bahaya dan resiko apa
yang harus saya perhitungkan?
·
Apakah saya mengenal
harapan dan kebutuhan pendengar dan segala persyaratan organisatoris?
·
Apakah saya memiliki
kemampuan yang perlu dan prasayarat-syarat untuk membawakan masalah ini dalam
ceramah?
·
Apakah saya memiliki
waktu cukup untuk mendalami bahan ini?
·
Secara tematis, apakah
saya boleh menerima tawaran ini?
·
Apakah saya memiliki
pengetahuan mengenai bidang ini, sehingga bisa menyajikan sesuatu kepada para
pendengar?
2.
Menganalisis
Situasi dan Kebutuhan Pendengar
Sebelum menerima tawaran, anda
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dari perspektif seorang yang menawarkan atau
menugaskan anda untuk membawakan ceramah atau pidato. Taapi keberhasilan anda
akan dinilai pertama0tama akan dinilai oleh para pendengar. Apakah ceramah anda
mengena dihati mereka, menjawab masalah mereka, memenuhi kebutuhan mereka? Oleh
karena itu menganalaisis situasi dan kebutuhan pendengar sangatlah penting.
Analsis situasi dan kebutuhan pendengar sebelum menyiapkan ceramah atau pidato,
akan menghindarkan anda dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.
3.
Tema
Pidato
Pembicara atau penceramah sendiri harus
memiliki gambaran yang jelas mengenai tema yang akan dibawakannya.
Pertanyaan-pertanyaan penuntun dibawah ini dipergunakan:
·
Tema apa yang mau
dicari?
·
Berapa banyak waktu
yang akan dipergunakan untuk mempersiapkan?
·
Isi pokok mana yang
diharapkan atau dikehendaki?
·
Titik berat mana yang
harus ditekankan di dalam pidato/ceramah?
·
Bagaimana caranya
menyampaikan bahan itu? Sebagai pidato ceramah atau sebagai suatu pembeberan?
·
Apak sebaiknya tema
diperjelass dengan alat-alaat peraga? Adakah alat-alat peraga untuk itu?
·
Apakah dituntut membawa
pembicara membawakan dengan mempergunakan teks atau sebaiknya berbicara bebas
tanpa teks?
Jawaban yang jujur terhadap
pertanyaan-pertabnyaan diatas ini akan meghindari kesulitan dalam
mempersiapkan.
4.
Tujuan
Pidato
Juga pertanyaan yang bersangkutan
dengan tujuan pidato atau ceramah harus dipertimbangkan secara teliti.
·
Apakah saya mau
memberikan informasi kepada para pendengar?
·
Ataukah saya mau
melatih para pendengar?
·
Mungkinjuga satu
diskusi yang bersifat mengajar lebih cocok: (Lehrgesprach)
·
Ataukah saya ingin
membawa para pendengar satu keputusan?
·
Apakah saya mau
menggubris satu maslah (sachilch sprechen)
atau akan menggerakkan hati dan perasaan mereka?
D.
Rasa
Takut dan Cemas Sebelum Berpidato
Banyak orang yang merasa takut,
cemas, bahkan gemetar sebelum tampil untuk berpidato atau membuat pertunjukan
di depan publik. Tanda-tanda dari perasaan cemas ini misalnya lutut gemetar,
jantung berdebar lebih keras, berkeringat, tangan gemetar, muka menjadi merah,
tangan berkeringat, mulut menjadi kering, kurang konsentrasi dan perasaan fisik
dan psikis yang melumpuhkan.
Rasa takut dan cemas semacam ini
sebaiknya dianggap sebagai satu gejala positif, karena hal ini menandakan bahwa
dalam diri anda bukan semua hal terjadi secara rutin, juga sebagai tanda bahwa
anda tidak menilai diri lebih dari sebenarnya tapi realistis. Di lain pihak,
rasa takut itu menandakan bahwa orang memiliki kesadaran akan keberhasilan. Rasa
takut dan cemas itu bukan menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan tidak bisa
atau tidak sanggup. Rasa takut dan cemas sama sekali tidak berhubungan dengan
kesanggupan seseorang.
Rasa takut dan cemas sebelum
berpidato ini tidak bisa dilenyapkan sama sekali, sama halnya cinta yang murni
tidak bisa tanpa sedikit perasaan curiga. Seorang yang pandai berbicara dapat
mengurangi rasa cemas dan takut itu, shingga tidak lagi menjadi beban yang
melumpuhkan, namun sebagai aba-aba supaya orang bisa mencapai hasil yang lebih
baik.
1.
Sebab-Sebab
Utama Rasa Takut dan Cemas
Ada banyak alasan yang menyebabkan
orang merasa takut sebelum tampil, seperti:
·
Takut ditertawakan
·
Takut berhenti tengah
pembicaraan karena kehilangan jalaan pikiran
·
Takut akan orang yang
lebih tinggi kedudukannya diantara pendengar
·
Takut karena tidak
menguasai tema
·
Takut membuat kesalahan
·
Takut karena situasi
yang luar biasa
·
Takut mendapat kritik
·
Takut kalau tidak bisa
dimengerti
·
Takut bahwa ceramah
tidak lancar
·
Takut bahwa ungkapan
jelek dan tidak jelas
·
Takut mengemukakan
pendapat,yang diwakili hanya oleh kelompok minoritas
·
Takut kehilangan muka
·
Takut akan mendapat
pengalaman yang jelek
·
Takut bahwa kesalahan-kesalahan
tidak bisa diperbaiki lagi
·
Takut tidak akan
menanggapi pertanyaan pendengar secara memuaskan
·
Takut karena
membandingkan dengan pembicara lain yang lebih baik
·
Takut kehilangan jalan
pikiran yang jelas
·
Takut bahwa akan
ditertawakan karena aksen yang salah
·
Takut bahwa akan
berbicara lebih dari pada waktu yang sudah ditetapkan
·
Takut bahwa harapan
pendengar tidak dipenuhi
·
Takut akan kemacetan
teknis
·
Takut mengecewakan
pendengar
·
Takut bahwa akan
direkam atau difilmkan
·
Takut bahwa gerak tubuh
dan mimik tidak sepadan
·
Takut akan begitu
banyak mata pendengar yang memandangnya.
2.
Bagaimana
Caranya Mengatasi Rasa Takut dan Cemas?
Yang penting ialah persiapan yang
teliti. Kalimat pertama dan terakhir harus dapat dihafal. Oleh karena itu perlu
sekali:
·
Membina kontak mata
dengan pendengar sebagai feed back
·
Mengembangkan aktivitas
dari/mimbar
·
Jangan melambungkan
tujuan terlalu tinggi
·
Menganggap pendengar
sebagai kawan, bukan lawan
·
Di samping itu,
pikirlah bahwa anda pasti tidak akan bisa memuaskan semua orang
·
Tugasmu ini harus
dianggap sebagai kesempatan untuk membuktikan diri dan bukan ujian atau
percobaan
·
Kalau toh anda
kegegalan, maka anggaplah tidak terlalu tragis, anda tidak akan hancur engan
satu kegagalan itu!
·
Kegagalan hendaknya
dianggap sebagai kemenangan yang tertunda
·
Berusaha untuk
menenangkan diri dan batin, lewat pernafasan yang baik.
·
Pilihlah tema yang baik
dan tepat bagi pendengar
3.
Persiapan
Jangan Terlalu Panjang untuk Mereduasi Rasa Takut dan Cemas
a)
Nasihat-nasihat
Praktis
·
Mulai sekarang,
pergunakanlah segala kesempatan, baik dalam percakapan pribadi maupun dalam
diskusi kelompok untuk berbicara atau mengemukakan pendapat.
·
Pergunakanlah juga
kesempatan dalam konfrensi atau diskusi dan perbandingan untuk mengemukakan
pendapat.
·
Untuk mengatasi rasa
takut dan cemas sebelum berbicara, berusahalah dalam lima menit pertama untuk
berbicara. Dengan cara ini anda akan melihat bahwa rasa takut dan cemas akan
sangat dikurangi.
·
Persiapkanlah sejak
sekarang bahan-bahan untuk ceramah, yang menurut anda, kelak akan bisa
dipergunakan kalau ada permintaan.
·
Kumpulkanlah ide-ide
yang baik di dalam kartu-tek ukuran A5 (ukuran kartopus) dan simpanlah tersusun
menurut tema
·
Anda boleh menerima
tawaran untuk membawakan satu ceramah, bila anda merasa yakin bahwa sudah
mempunyai pikiran yang jelas mengeai tema itu dan mudah mengumpulkan
bahan-bahan untuk tema tersebut.
b)
Menghilangkan
Rasa Takut dan Cemas Lewat Motivasi Diri dan Latihan
Berdasarkan uraian sampai sekarang,
kita tahu bahwa bukan kita sendirilah yang mengalami rasa takut dan cemas
sebelum berbicara di depan umum. Bahkan para ahli pidato yang terkenal pun
mengalami hal yang sama, hanya saja mereka lebih mengetahui cara untuk
meredusasi atau melenyapkan rasa takut dan cemas ialah dengan motivasi diri dan
membuat latihan.
c)
Rasa
Takut Sebelum Saat Penampilan
Secara grafis dapat digambarkan satu
statistic rasa takut dan cemas yang dialami seorang sebelum tampil untuk
membawakan satu pidato.
·
Fase A menggambarkan
keterangan yang normal, yang dialami seorang sampai mendapat tugas untuk
berbicara. Mulai saat ini garis statistic mulai menanjak.
·
Fase C-D adalah masa
pengumpulan bahan dan penyusunan bahan ceramah. Dalam fase ini rasa takut dan
cemas agak diredukasi, namun perlahan-lahan mulai naik lagi. Semakin dekat saat
anda membawakan ceramah (fase E) maka rasa cemas itu semakin besar. Garis
statistik juga semakin menanjak, terutama kalau bahan cerah belum selesai
disiapkan. Bila samapi saat ini anda kurang mempersiapkan diri dan ceramah
anda, maka rasa cemas itu akan semakin besar.
·
Fase E-F adalah saat
sebelum anda tampil untuk membawakannya.
·
Sesudah kalimat pertama
ceramah anda (fase G-H) maka garis rasa cemas itu perlahan-lahan akan menurun.
·
Fase ang paling
mencemaskan adalah fase menanti sebelum membawakan ceramah (fase F-G).
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian-urain tersebut,
kita tahu bahwa bukan kita sendirilah yang mengalami rasa takut dan cemas
sebelum berbicara di depan umum. Bahkan para ahli pidato yang terkenal pun
mengalami hal yang sama, hanya saja mereka lebih mengetahui cara untuk
meredusasi atau melenyapkan rasa takut dan cemas mereka, ialah dengan cara
memotivasi diri dan melakukan latihan.
B.
Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca
agar membacanya dengan teliti makalah ini dan agar pembaca dapat mengetahui
dengan jelas tentang prinsip dasar dalam berbicara.
DAFTAR
PUSTAKA
Hendrikus,
Dori Wuwur. 1990. Retorika,
keterampilan berpidato, berdiskusi,
berargumentasi, bernegosiasi.
Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar