Prasyarat-Prasyarat Retoris
Makalah
Sejarah
Perkembangan Retroika
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliaah
Retorika
Disusun Oleh
Andri Syarifudin 1121153
Dosen Pembimbing:
Darningwati, M.Pd
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2013
KATA
PENGANTAR
Makalah ini berjudul ”Prasyarat Retoris ”,
di dalam makalah ini akan membahas mengenai monologika dan dialogika.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
penyelesaian makalah ini yang disebabkan kekurangan dan keterbatasan kemampuan
pengetahuan yang penulis miliki dan masih jauh dari kesempurnaan.
Sehubungan dengan kekurangan dan kelemahan yang
penulis lakukan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa pula penulis mengucapkan
terimakasih kepada ibu Darningwati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Retorika, Atas apa yang telah diberikan ini saya dapat memberikan suatu bekal
ilmu pengetahuan kepada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
khususnya mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Selain itu, penulsi
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada
kekeliruan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Baturaja , November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGATAR............................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.....................................................................
A. Latar
Belakang............................................................................
B. Rumusan
Masalah.......................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
D. Manfaat.......................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................
Prasyarat – prasyarat Retoris
A. Prasyarat organis...................................................................
1. Pernafasan dan teknik bernafas.......................................
2. Membina suara................................................................
3. Gerak-gerik dan bahasa tubuh.........................................
B. Prasyarat bahasa....................................................................
1. Bahasa dan retorika.........................................................
2. Ritme dan dinamika bicara..............................................
3. Perbendaharaan kata.......................................................
4. Susunan kalimat..............................................................
5. Ketentuan dan patokan...................................................
BAB
III PENUTUP..............................................................................
A. Simpulan.....................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara
di depan umum bukanlah hal yang mudah. Seringkali kita merasa takut dan cemas
saat akan berbicara di depan umum. Oleh karena itu, untuk berbicara di depan
umum memerlukan banyak persiapan dan latihan agar memperoleh hasil yang baik.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan yakni teknik dalam bernafas saat
berbicara di depan umum. Kita harus dapat melakukan pernafasan yang baik agar
apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh pendengar dengan jelas. Ada empat
cara bernafas yang kita kenal, antara lain pernafasan dada, pernafasan perut,
pernafasan sisi dari rongga perut dan dada serta pernafasan dalam (dan penuh).
Selain pernafasan dan teknik bernafas yang baik, kita juga harus memperhatikan
susunan kalimat dan ritme atau nada dalam berbicara agar tidak terjadi salah
pemahaman.
Di
samping teknik berbicara dan teknik menyusun serta membawakan pidato, pembicara
juga harus menguasai beberapa prasyarat organis dan pemakaian bahasa yang
tersusun baik. teknik menarik dan menghembuskan nafas, pembinaan suara,
artikulasi, sikap badan, mimik serta penggunaan kata dan kalimat merupakan
hal-hal penting yang harus dikuasai setiap orang yang ingin menjadi pandai
bicara. Oleh karena itu, makalah ini disusun sebagai langkah awal kita
mengetahui prasyarat-prasyarat retoris.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.
Bagaimana teknik bernafas yang baik?
2.
Bagaimana membina suara yang baik saat
berbicara?
3.
Apa yang dimaksud gerak-gerik dan bahasa
tubuh?
4.
Bagaimana ritme dan dinamika dalam
berbicara?
5.
Apa fungsi perbendaharaan kata?
6.
Bagaimana cara memperluas perbendaharaan
kata?
7.
Bagaimana susunan kalimat yang baik
dalam berbicara?
C.
Tujuan
Penulisan
Sehubungan
dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah
ini sebagai berikut.
1.
Menjelaskan teknik bernafas yang baik.
2.
Menjelaskan cara membina suara saat
berbicara.
3.
Menjelaskan gerak-gerik dan bahasa
tubuh.
4.
Menjelaskan ritme dan dinamika bicara.
5.
Mendeskipsikan fungsi perbendaharaan
kata.
6.
Mendeskripsikan cara memperluas
perbendaharaan kata.
7.
Menjelaskan susunan kalimat dalam
berbicara.
D.
Manfaat
Manfaat dari
penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun secara praktis.
Secara teoretis,
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi ilmu pengetahuan baru
mengenai prasyarat retoris.
Secara praktis,
makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi:
a.
Penulis
Penulis diharapakan
setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini dapat lebih memahami prasyarat
retoris.
b.
Pembaca
Semoga setelah membaca
makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang prasyarat-prasyarat retoris.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PRASYARAT
ORGANIS
1.
Pernafasan
dan Teknik Bernafas
Sebuah pepatah tua dari
India berbunyi : “Nafas adalah pengatur segala sesuatu.
Pettenkofer mengatakan,
“Adalah menarik, bahwa dalam hidup yang biasa, orang lebih mementingkan air
yang diminum dan kurang mementingkan udara yang dihirup. Meskipun menurut
jumlahnya kenikmatan akan air itu berbeda daripada kenikmatan akan udara, namun
sebaiknya orang lebih mementingkan udara yang dihirup waktu menarik nafas.
Erich
Drach mengatakan, “Dilihat dari segi psikologi, berbicara itu adalah
menghembuskan nafas. Menurut tujuannya, berbicara berarti pertama-tama:
bernafas yang benar.
Goethe
mengatakan, “Waktu menarik nafas ada dua anugerah yang diperoleh: memasukkan
udara segar, (dan) menghembuskan udara kotor. Udara yang kotor itu menekan,
sedangkan udara yang masuk itu menyegarkan. Betapa indah hidup ini tercampur.
Sebab itu, bersyukurlah kepada Tuhan, kalau dia menekan anda dan bersyukurlah
kepadanya, bila dia melegakan anda kembali.
Kesehatan jiwa dan
badan seorang manusia yang penuh tergantung dari pernafasan yang baik dan
benar. Teknik bernafas yang tepat dapat menjadi sarana untuk menghilangkan
penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit kronis. Di samping itu ada banyak
penyakit lain yang dapat disembukan oleh teknik bernafas yang baik dan benar.
a.
Proses
Penafasan
Di dalam dunia dewasa
ini banyak zat pembakar menjadi kotor oleh pengaruh teknologi modern. Justru
karena itu, zat pembakar yang semakin kurang ini dipergunakan sebaik mungkin
untuk kepentingan organ tubuh manusia melalui teknik pernafasan yang baik.
Ada empat cara bernafas
yang kita kenal :
1) Pernafasan dada
2) Pernafasan perut
3) Pernafasan sisi dari rongga perut dan
dada
4) Pernafasan dalam (dan penuh)
Pernafasan dalam (dan
penuh) adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada dan
perut. Pernafasan ini bersifat ritmis dan lambat jalannya.
Dalam retorika
dibutuhkan teknik pernafasan yang tepat, karena pernafasan yang tepat dan baik
adalah prasyarat untuk berbicara. Ia adalah motor dari pembicaraan. Pernafasan
yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar waktu berbicara.
Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa tanpa pernafasan yang tepat, maka tidak
dapat juga orang berbicara baik. Tetapi dalam kenyataan kebanyakan orang
mempergunakan pernafasan dada. Seorang yang pandai berbicara harus menguasai
teknik pernafasan dalam, sebagai kombinasi dari ketiga jenis pernafasan yang
lain.
b.
Hal
yang Harus Diketahui
Berbicara itu pada
dasarnya memberikan bunyi dan suara pada waktu menghembus nafas, sebab manusia
itu berbicara ketika dia menghembus nafas. Jadi seni utamanya tidak terletak
pada menarik nafas, tetapi justru
sebaliknya yakni waktu menghembuskan nafas. Masalahnya ialah bahwa kalau orang
bernafas tidak dalam, maka sebagian besar CO2 tidak dikeluarkan,
tetapi tinggal di dalam paru-paru. Hal ini menyebabkan hanya sedikit udara
segar yang masuk ke dalam paru-paru.
c.
Teknik
Bernafas pada Awal dan Selama Berpidato
Hembuskan nafas sedalam
mungkin sebelum Anda berbicara atau berpidato! Sebelum mulai berbicara, anda
perlu menghembuskan nafas, supaya udara kotor dalam paru-paru dikeluarkan, dan
paru-paru dikosongkan, sehingga ada cukup tempat untuk udara baru yang segar.
Ini akan mengakibatkan kata-kata atau kalimat pertama yang diucapkan kedengaran
jelas, juga waktu mengucapkannya anda tidak tergesa-gesa.
Bila
anda bernafas secara dalam, maka dalam satu menit anda akan bernafas sebanyak
delapan kali. Pernafasan yang tidak dalam akan berjumlah 14-18 kali dalam satu
menit. Untuk membawakan pidato atau ceramah perlu sejumlah besar udara yang
masuk ke dalam paru-paru. Oleh karena itu teknik bernafas secara mendalam harus
dikuasai, sampai proses itu bisa berjalan secara otomatis.
d.
Mengontrol
Teknik Bernafas Tiap Hari
Setiap hari teknik
bernafas harus dikontrol. Orang harus tetap sadar untuk menarik dan
menghembuskan nafas secara dalam. Yang harus lebih diperhatikan ialah
menghembuskan nafas; karena hal itu penting untuk mengeluarkan udara yang sudah
dipakai dari dalam paru-paru. Bila mengalami rasa takut, cemas, dan tegang
berusahalah supaya menarik nafas perlahan-lahan dan dalam, menahan nafas
beberapa detik, lalu menghembuskannya lagi. Supaya pernafasan perut dan rongga
dada bisa berfungsi baik, secara otomatis, haruslah dibuat latihan pernafasan
setiap hari, misalnya waktu berjalan-jalan pada pagi atau sore hari di mana
udara masih segar. Waktu membaca atau berbicara, berusahalah supaya suku-suku
kata terakhir diucapkan dengan jelas dan diberi tekanan, sehingga dengan itu
bisa menghembuskan nafas dengan lebih baik.
e.
Latihan-Latihan
Latihan bernafas untuk
mengurangi ketegangan :
1.
Duduklah tegak lurus
2.
Kedua pundak harus longgar dan bebas;
kedua telapak tangan diletakkan di atas perut.
3.
Mulut ditutup, lalu tariklah nafas
perlahan-lahan melalui hidung. Tariklah nafas sedalam mungkin sampai seluruh
rongga perut diisi udara. Perut akan menjadi besar dan terdorong ke depan.
4.
Tariklah nafas terus sampai seluruh
rongga dada menjadi penuh dengan udara.
(Bila ada kesulitan pada permulaan, berhenti sejenak...; lalu mulai lagi
dari awal)
5.
Bila seluruh rongga perut dan dada sudah
penuh berhentilah menarik nafas. Tahanlah nafas beberapa saat, lalu hembuskan
perlahan-lahan melalui hidung.
1)
Latihan
Membaca Waktu Bernafas
Kapasitas pernafasan
dapat dilatih. Caranya sebagai berikut: bernafaslah dalam lalu bacalah teks.
Ketika menghembuskan nafas, bacalah beberapa kalimat. Catatlah tiap kali,
berapa kalimat yang diucapkan selama menghembuskan nafas. Latihan ini dapat
diulangi beberapa kali. Pada hari berikutnya, latihlah sekali lagi dan
perhatikanlah beberapa jauh kemajuan yang sudah tercapai. Bila latihan ini
dilakukan tiap hari, maka kemajuan akan cepat tampak.
2)
Latihan
Kelompok
Kelompok-kelompok
spontan bisa dibentuk, lalu dibuat latihan membaca. Akan kelihatan siapa yang
perlu melakukan latihan pernafasan.
3)
Test
Anak Korek Api
Untuk bisa menilai
hasil yang dicapai waktu menghembuskan nafas, tariklah sedalam mungkin dan
cobalah menghembuskan nafas lewat mulut untuk mematikan satu anak korek api
yang sedang menyala, pada jarak 8 cm dari mulut. Kalau tidak berhasil, maka
harus diulangi latihan menarik dan menghembuskan nafas.
4)
Test
Lilin dan Kelompok
Pasanglah tiga lilin di
atas tiga piring. Tempatkan ketiga piring pada satu garis lurus. Lalu cobalah!
Setiap anggota kelompok dapat mencoba untuk meniup lilin itu sampai padam.
Siapa
yang mempunyai pernafasan yang lemah, dapat membuat latihan sambil mengangkat
lengannya. Waktu menarik nafas lengan diangkat ke atas sampai sejajar dengan
pundak; waktu menghembuskan lengan diturunkan perlahan-lahan.
Latihan
pernafasan harus juga dijalankan oleh para penyanyi, sebab pernafasan
mengaktifkan organ-organ di dalam tubuh, memperluas resonansi dan memperkuat
paru-paru. Para ahli pidato tahu dengan pasti bahwa zat pembakar yang cukup di
dalam paru-paru merupakan kepastian retoris yang penting. Bila orang tidak
cukup dan tidak memiliki volume udara yang seharusnya, maka pembicaraan tidak
akan membawa efektivitas. Nafas adalah bensin dari dinamika manusiawi.
2.
Membina
Suara
Suara
itu penting untuk menciptakan kontak dan simpati dengan para pendengar. Oleh
karena itu suara sangat bernilai. Apa arti anda, kalau pada pagi hari anda
kehilangan suara? Dapatkah anda menjalankan tugas tanpa memiliki suara? Suara
manusia adalah satu instrumen yang lunak, tetapi sekaligus juga luar biasa. Dengan
suara orang bisa tersenyum, bersungut-sungut, tertawa dan lain-lain, misalnya
waktu menelepon. Melalui suara orang dapat mengungkapkan reaksi manusiawi,
situasi batin orang lain, simpati, antipati, kemarahan dan kesedihan.
Suara
yang dikeluarkan pertama-tama bukan menyentuh budi manusia, melainkan fungsi
perasaan manusia di dalam alam bawah sadar. Reaksi yang positif atau negatif
ini kemudian baru mempengaruhi budi manusia, melalui getaran-getaran alam bawah
sadar muncullah simpati atau antipati.
Suara
yang dikeluarkan oleh manusia dapat memiliki berbagai macam karakter seperti
dibawah ini :
a.
Suara yang apatis, yang tidak
menunjukkan tanda turut serta
b.
Suara yang lemah karena terlalu payah
c.
Suara yang cemas dan takut
d.
Suara yang tidak percaya
e.
Suara yang informatif
f.
Suara yang aktif dan berinisiatif
g.
Suara yang mengandung perasaan yang
jernih
h.
Suara yang dingin dan rasional
i.
Suara yang bernada agitasi
j.
Suara yang penuh perjuangan
k.
Suara yang gaduh
a)
Modulasi
Suara
Efektivitas dalam
berbicara tidak hanya tergantung dari teknik bernafas, resonansi dan
artikulasi, tetapi juga tergantung dari modulasi suara. Modulasi berarti satu
perubahan ritmis dari intonasi bahasa dalam hubungan dengan naik turunnya suara
secara sadar. Oleh modulasi, orang-orang dapat berbicara cepat dan lambat, kuat
dan halus, tinggi dan rendah atau dengan kombinasi dan variasi sesuai dengan
keinginan pembicara dan di samping itu modulasi juga mengkarakterisasi suara
menjadi ramah, gembira, sedih, hangat, sayu, ironis dan lain-lain.
1)
Kegunaan
Modulasi
a.
Modulasi dapat memberi motivasi yang
kuat kepadapara pendengar, karena menopang pesan yang disampaikan.
b.
Modulasi juga dapat memiliki daya yang
meyakinkan dalam berpidato
Orang-orang harus
berlatih sampai dapat secara sadar membuat modulasi waktu berbicara sehingga
mempertinggi efektivitas pidatonya.
2)
Latihan
Setiap kalimat di bawah
ini memiliki satu modulasi tertentu, yang memberi makna dan efektivitas pesan
yang sesuai.
a.
Nada
sopan santun yang dingin
“Tentu saya senang
bahwa anda begitu cepat menyelesaikan pekerjaan itu. Tetapi, silahkan duduk!
Bagaimana anda menyelesaikan masalah sewa kamar itu?
b.
Nada
perfeksionis
“Saya masih ingin
memperingatkan saudara sekali lagi, bahwa pekerjaan harus dilaksanakan secara
teliti, sampai sekecil-kecilnya! Kita harus selalu bekerja sampai mendapat
hasil yang sempurna!
c.
Nada
Harapan
“Kalau kita berlibur ke
Bali pasti akan bagus. Kalau saya bayangkan tempat-tempat yang indah seperti Danau
Bedugul, Kintamani, Tampak Siring dan Kuta... wah... Maunya sekarang saya
berhenti bekerja, langsung membeli tiket dan terbang ke Denpasar!”
d.
Nada
Permohonan
“Saya minta tolong Pak!
Tolong buatkan untuk saya surat kelakuan baik. Saya sangat membutuhkannya
sekarang, saya terdesak! Tolong... ya, jangan mempersulit. Untuk itu saya
haturkan banyak terima kasih!”
e.
Nada
Perintah
“Buatkan surat kelakuan
baik untuk Tuan ini! Hati-hati, tidak boleh ada salah ketik! Sesudah 30 menit
harus sudah ada di atas meja saya, saya harus menandatanganinya, karena dia
sangat membutuhkannya!”
f.
Nada
Marah
“Kau sudah buat lagi
satu kesalahan yang fatal di dalam akte ini! Kau memang goblok! Tidak ada
gunanya kau bekerja di sini! Keluar dari ruangan ini. Kalau tidak, saya lempar kau
lewat jendela!”
g.
Nada
benci
“Yang menjadi penyebab
pasti anak brandal itu. Terkutuklah dia! Semoga saya bisa bertemu dengan dia.
Saya akan membalas dendam sampai sehabis-habisnya, supaya dia bisa bertobat!”
h.
Nada
Bersorak Gembira
“Akhirnya kami berhasil
juga... Sekarang tugas yang berat itu sudah selesai! Segala perjuangan dan
korban yang dijalankan selama ini ternyata tidak percuma. Hura... hura...
tujuan kini sudah tercapai!”
i.
Nada
Takut dan Cemas
“Kau dengar itu? Coba
pasang telinga ... Ada langkah mendekat. Siapa gerangan yang datang? Tenang,
supaya mereka tidak mendengar. Bahaya... kala mereka menemukan kita. Kita tidak
dapat membela diri. Ssst.... tenang ...!
j.
Nada
Ironis
“Kau boleh mengalahkan
dia dua set langsung dalam pertandingan badminton. Tetapi melawan saya, kau
pasti tidak akan berkutik!”
b)
Resonansi
dan Suara
Supaya suara itu sehat
dan kuat dalam bicara, maka harus dibina lewat resonansi. Ada bagian-bagian
tubuh manusia yang dapat memberi resonansi yang kuat. Bagian-bagian ini adalah:
1)
Seluruh kerangka tulang tubuh manusia.
Tulang itu memberi dan melanjutkan resonansi suara ke mana-mana, sehingga suara
itu menjadi besar dan jelas. Bukan daging yang memberi resonansi, tetapi
tulang.
2)
Rongga kerongkongan.
3)
Tengkorak kepala manusia seperti: tulang
dahi, kedua rahan atas dan tulang hidung.
4)
Rongga dada
5)
Rongga dada adalah bagian tubuh yang
memberi resonansi yang paling besar.
Bila
seluruh aparat resonansi itu dikerahkan dan dikoordinasi maka getaran suara
akan terasa di seluruh tubuh manusia. Suara akan menjadi jelas dan sehat.
3.
Gerak-gerik
dan Bahasa Tubuh
Menurut penyelidikan
ilmu pengetahuan, tubuh dapat menjadi duta yang menyampaikan pesan atau maksud
kepada manusia lain. Gerak-gerik dan ekspresi tubuh manusia dapat melengkapi,
meneguhkan maksud yang disampaikan; atau sebaliknya dapat juga menghalangi tercapainya
sesuatu maksud. Gerak-gerik dan ekspresi tubuh dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaan manusia yang paling dalam paling tersembunyi.
Untuk
mempertinggi efektivitas pidato, orang harus memperhatikan gerak-gerik tubuh
dan ekspresi anggota tubuhnya. Sesudah memperhatikan hal-hal yang positif dan
negatif dalam gerak-gerik tubuh sendiri, orang bisa berusaha melenyapkan atau
memperbaikinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan
gerak-gerik dan ekspresi tubuh:
1)
Langkah yang pendek atau panjang, cepat
atau lambat pasti atau tidak pasti.
2)
Sikap tubuh waktu duduk, berdiri atau
berjalan (melangkah).
3)
Gerak-gerik, rasa gugup, ketenangan dan
sikap khusus pada diri sendiri waktu berpidato.
4)
Gerak kepala, waktu berbicara di dalam
kelompok.
5)
Muka dan ekspresinya: cerah, gembira,
sungguh-sungguh, keras, kaku dan asli?
6)
Mata: pandangannya membawa efek yang
ramah atau tidak.
7)
Tangan dan lengan: tergantung lurus ke
bawah, atau ikut bergerak/ digerakkan waktu berbicara; atau jari-jari dimainkan
tanpa ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda ada hubungan dengan
pembicaraan; memberi tanda yang ofensif atau agresif.
Gerak-gerik
adalah satu bantuan optis untuk memperjelas apa yang diucapkan, oleh karena
itu, tidak boleh berlebih-lebihan. Kebanyakan pembicara sudah menguasai
gerak-gerik tertentu, sehingga dapat dipergunakan kapan saja, bilamana mereka
mengucapkan suatu pidato. Bahayanya, gerak-gerik yang dihafal tidak lagi sesuai
dengan apa yang diucapkan. Ia tidak berfungsi menjelaskan apa yang diucapkan,
malah mengelirukan para pendengar. Untuk menghindarkan hal itu, maka pembicara
sebaiknya membuat latihan di hadapan rekan atau sahabatnya supaya mereka
menilai gerak-geriknya. Untuk memudahkan pembicaraan waktu berpidato, orang
dapat memberi tanda pada teks, di mana ia harus menunjukkan gerak-gerik atau
mimik. Kalau bisa, waktu membuat latihan untuk menguasai teks, pembicara dapat
mencoba gerak-gerik dan mimik ini di depan cermin untuk melihat efeknya. Tiga
hal yang harus diperhatikan dalam menilai gerak-gerik dan mimik:
1)
Gerak-gerik harus cocok dan jelas sesuai
dengan apa yang diucapkan.
2)
Gerak-gerik dan mimik tidak boleh
berlebih-lebihan, juga tidak boleh terlalu sederhana, sehingga pendengar tidak
bisa melihat atau memperhatikannya.
3)
Gerak-gerik yang sama tidak boleh
diulang dalam satu pidato, juga tidak boleh terlalu kurang.
B.
PRASYARAT
BAHASA
1.
Bahasa
dan Retorika
Siapa yang berjumpa
manusia dan berbicara dengan dia akan segera mengenal kekuatan dan kelemahan
manusiawinya. Siapa yang membuka mulutnya dan berbicara, akan menang atau
kalah. Tidak ada jalan tengah! Bahasa merupakan alat pengukur nilai seseorang
dalam hubungan antarmanusia. Keberhasilan atau kegagalan dalam hidup sering
bergantung dari kepandaian berbicara. Apa gunanya pengetahuan luas yang dimiliki
di dalam otak, kalau tidak bisa diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan mudah
dimengerti?
Untuk
mencapai satu kepribadian yang memancarkan wibawa, dibutuhkan juga format
penggunaan bahasa yang baik dan tepat, sikap yang mulia dan budi yang halus. Kepastian
dan ketepatan dalam menggunakan bahasa sangatlah menentukan kepastian
penampilan dan efekitivitas karya. Kita sendirilah yang akan menjelaskan kepada
pendengar, melalui ungkapan-ungkapan manusiawi kita dan ketepatan retorik
bagaimana mereka mengkotakkan dan memperlakukan kita.
Sering
terjadi bahwa oleh karena kekurangterampilan dalam mempergunakan kepandaian
bicara, kita berbicara mengawang, tidak mengena di hati pendengar, tidak sesuai
dengan kebutuhan mereka; sehingga maksud kita tidak tercapai.
Bila
kita berbicara mengawang, maka kita tidak akan dimengerti, dan kalau kita tidak
dimengerti, kita harus berusaha supaya kita bisa dimengerti.
Banyak
orang berbicara terlalu banyak dan terlalu panjang, sering tanpa kontrol.
Setiap orang, dalam pembicaraannya, akan lebih baik dan meyakinkan, bila ia
mempelajari kesanggupan bahwa dengan mempergunakan kata-kata yang minimum ia
dapat mencapai hasil maksimum.Beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
Hanya sedikit orang,
yang :
1)
Mengenal kemampuan dan bentuk berbahasanya.
2)
Tahu, apakah bahasanya kedengaran indah
atau buruk.
3)
Merasa, apakah dia bicara terlalu cepat
atau terlalu lambat.
4)
Tahu bahwa ia berbicara tidak logis
5)
Berbicara sebagai orang terdidik dan
berwibawa
6)
Mendengarkan dan menilai perbendaharaan
kata-katanya
7)
Mengontrol dirinya sendiri selama
berbicara
8)
Tahu bagaimana rupanya yang tampak waktu
ia sedang berbicara.
9)
Memiliki kesadaran penuh sewaktu
berbicara
a.
Pentingnya
Bahasa
Orang dapat kehilangan
wibawa dan pengaruh dalam waktu beberapa menit saja, karena ketidakterampilan
dan ketidaktepatan, serta ketidakbecusan dalam membawakan satu pidato atau
pembicaraan. Juga bahasa yang bersifat informatif dapat dibawakan secara
menarik dan memukau. Bahasa juga perlu untuk bidang-bidang ilmu yang
membutuhkan keandalan rohani yang tinggi, tergantung bagaimana orang menyusun
dan membawakannnya. Suatu masalah, soal, ide, atau pikiran, baru akan berarti
dan menjadi penting, kalau bisa dibeberkan dengan bahasa yang baik. Oleh karena
itu berlakulah norma-norma di bawah ini :
1)
Bahasa tidak hanya merajai manusia,
tetapi juga politik.
2)
Bahasa adalah nafas dari jiwa manusia.
3)
Bahasa sebuah batu loncatan emas menuju
keberhasilan dalam hidup dan karya.
4)
Bahasa adalah penampakan luaran dari roh
5)
Bahasa adalah tanda pengenal materiil
dari sinar kepribadian.
6)
Yang lebih penting daripada pidato ialah
orang yang berpidato.
7)
Seorang yang berbudi luhur hendaknya
memiliki bahasa yang halus dan luhur.
8)
Bahasa juga menjadi kerdil, kalau orang
tidak menghiraukannya.
b.
Kesadaran
Berbicara dan Efektivitasnya
Sekitar
95% manusia berbicara tanpa sadar. Berarti mereka tidak mendengar akibat dari
bahasanya, kata-kata yang dipilihnya, susunan kalimatnya, rasa bahasa, nada
monoton dari suaranya, tempo bicaranya dan artikulasinya! Orang menjadi terlalu
sibuk dengan bahan yang dibicarakan dan tenggelam di dalamnya sehingga tidak
sadar lagi akan bahasa yang dipergunakan. Alat-alat bicara dan gerakan motorik
bicaranya berjalan secara otomatis; terjadi di dalam proses yang intuitif atau
malah instingtif, sejauh dimungkinkan oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu
semua orang yang berbicara sering terjatuh di dalam bahayayang besar.
Lewat
bahasa yang tidak disadari, orang tidak lagi merasakan gerakan badannya. Orang
tidak lagi mengontrol gambaran luar dan akibat estetis dari bahasanya. Tetapi
justru semuanya ini memancing simpati atau sebaliknya antipati.
Itulah
sebabnya setiap pembicara harus memiliki kesadaran akan akibat-akibat
pembicaraannya. Berarti ia harus mengontrol bahasanya. Untuk itu orang harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini:
1)
Setiap orang akan menjadi lebih liar
dalam berbahasa, kalau ia tidak mendengarkan dirinya yang sedang berbicara.
2)
Tanpa kesadaran berbicara orang tidak
akan memiliki kesadaran akan akibat kemanusiaan.
3)
Bila waktu berbicara, pembicara tidak
melihat mata para pendengar (tidak ada kontak mata dengan pendengar), itu
berarti pembicaraannya tidak akan mengena di hati pendengar.
4)
Seorang pembicara yang ramah akan
mendapat simpati.
5)
Tak seorang pun boleh kehilangan
kesadaran akan akibat pembicaraannya waktu berbicara. Ia harus selalu sadar dan
mempertimbangkan akibat pembicaraannya waktu sedang berbicara.
2.
Ritme
dan Dinamika Bicara
a.
Dinamika
Bicara
Suara adalah penopang
dan pembantu dalam membina dinamika bicara. Sering terjadi bahwa orang-orang
terdidik seperti guru, dosen atau profesor-profesor berbicara terlalu pelan dan
membosankan, tanpa dinamika. Bahasanya tidak memiliki efek yang sugestif. Karena
ketiadaan dinamika bahasa, mereka tidak dapat menyentuh dunia perasaan
pendengar dan karena itu tidak bisa memiliki dinamika, akan memberikan
kesan-kesan terhadap pembicaraannya sebagai berikut :
1.
Kaku dan bersifat rutin
2.
Kurang rasa kepastian
3.
Kehendak dan kemauan yang lemah
4.
Kurang sumber-sumber kekuatan/daya
5.
Kurang percaya diri
6.
Tanpa semangat
7.
Memiliki rasa takut dan cemas
8.
Kurang memiliki perasaan
Ketiadaan
dinamika dalam berbicara dan berbahasa akan membawa pengaruh negatif terhadap
kewibawaan dan kepribadian pembicara. Pembicara yang lemah, kering, kaku, dan
monoton akan menurunkan nilai kepribadiannya di mata pendengar. Oleh karena itu
seorang pembicara yang ingin sukses dalam kariernya harus memiliki dinamika
dalam berbahasa, yang mengandung daya meyakinkan dan daya persuasi. Dinamika
ini dapat dibina dengan jalan:
1.
Memperkuat hembusan nafas
2.
Memperkuat resonansi dalam tubuh
3.
Mempertajam dan mempertepat artikulasi
4.
Memperlambat tempo bicara oleh
memperlambat ucapan vokal dan urutan bicara.
Dalam hal ini pembicara
sendiri harus melatih diri.
b.
Ritme
Bicara
Untuk percakapan
sehari-hari dan bahasa populer tidak diperlukan suatu ritme bahasa. Penekanan
kata yang baik dan tepat sudah cukup. Makna kata atau kalimat ditentukan
tanda-tanda baca dan teknik pernafasan. Sudah dibicarakan bahwa pause/istirahat
singkat di tengah kalimat dapat juga menentukan ritme bicara. Tetapi bagi
pembicara yang baik dan demi efektivitas pidato, hal-hal di atas ini belum
cukup. Pembicara harus juga memperhatikan aturan ritmis dalam metrum dan bait.
Ayat dalam satu bait dan metrum adalah komponen-komponen yang menentukan untuk
memberi dinamika suatu kata.
Cicero
mengatakan, “Telinga atau sebenarnya jiwa, lewat mana telinga menerima suatu
keterangan memiliki dalam dirinya satu ukuran tertentu yang alamiah untuk
mendengar segala bunyi. Atas dasar itu ia mengenal, apakah sesuatu itu terlalu
panjang atau terlalu singkat dan selalu mengharapkan sesuatu yang lebih
sempurna dan teratur”. Bentuk-bentuk ritme bahasa itu menyebabkan bahasa yang
diucapkan menjadi lebih hidup dan lebih bervariasi dalam irama daripada yang
dinyanyikan. Ini akan menjadi dasar melodi yang akan memperindah bahasa yang
diucapkan. Semua ini tampaknya terlalu teoritis, tetapi sebenarnya menyangkut
hal-hal praktis. Setiap orang yang harus berbicara, hendaknya
sekurang-kurangnya menerima dan mengerti bagian-bagian yang paling penting, dan
hal ini justru tergantung dari apa yang dikatakan dan bagaimana orang
mengatakannya. Kalau tidak dibawakan secara menarik, maka bahan-bahan hasil
industri tidak akan laku di pasaran. Dalam kehidupan praktis, substansi bahasa
harus juga diberi busana yang indah menarik.
3.
Perbendaharaan
Kata
a.
Fungsi
Perbendaharaan Kata
Menurut penyelidikan,
orang yang paling terdidik dapat memahami 12.000 pengertian. Orang yang
terdidik memahami kira-kira 8 sampai 10 ribu pengertian. Orang yang
berpendidikan sederhana hanya memahami 6 sampai 8 ribu pengertian dari seluruh
perbendaharaan kata. Dari jumlah perbendaharaan kata-kata yang dipahami secara
pasif ini, hanya kira-kira seperlima sampai seperempat yang dapat dipergunakan
secara aktif.
Ketika
manusia lahir, kepalanya masih kosong. Perlahan-lahan ia mulai mempelajari
kata-kata dan mulai memahami pengertian-pengertian; dan dengan itu ia mulai
berpikir. Manusia berpikir dengan mempergunakan kata-kata dan pengertian. Tanpa
kata-kata dan pengertian manusia tidak mungkin dapat berpikir. Yang menarik
adalah bahwa “volume berpikir” manusia itu sebanding dengan jumlah keseluruhan
perbendaharaan kata yang dimilikinya.
Setiap
kata memiliki isi. Isi kata ini menghantar manusia kepada pengertian. Jadi
kata-kata adalah tanda bahasa dari pengertian-pengertian. Setiap orang harus
menguasai pengertian-pengertian dan kata-kata. Dalam kehidupan praktis, banyak
orang yang karena jabatan dan tugasnya harus mempengaruhi, mensugesti dan
meyakinkan orang lain, dan semuanya itu hanya mungkin kalau dia memiliki kata
dan pengertian yang cukup. Artinya, kalau dia memiliki perbendaharaan kata yang
cukup. Pengertian dan kata-kata atau perbendaharaan kata yang luas menunjukkan
tingkat pendidikan dan volume rohani seseorang. Bagaimana kata-kata itu
ditemukan.
b.
Memperluas
Perbendaharaan Kata
Kata-kata itu ada,
bermacam-macam. Ada yang baik, sangat baik, mulia, halus, sopan, tepat dan
indah. Tetapi di samping itu ada juga kata-kata yang kasar, primitif,
menyinggung perasaan, menimbulkan kejengkelan atau kata-kata murahan. Orang
bisa menyelidiki perbendaharaan kata-katanya dengan jalan merekam
pembicaraannya dan sesudah itu mendengarkan kembali. Orang sendiri akan
terkejut waktu mendengar kata-kata yang dipergunakannya. Tidak hanya itu,
tetapi dialetik, suara dan susunan kalimat yang dipergunakannya akan
mengejutkan dia. Itulah sebabnya setiap pembicara perlu memperluas
perbendaharaan kata-katanya. Caranya adalah sebagai berikut:
1)
Menyelidiki perbendaraahn kata-kata
lewat bandrecorder
2)
Memperhatikan perbendaharaan kata-kata
yang dipergunakan orang lain.
3)
Membaca buku-buku yang baik dan bermutu
4)
Mendengar pidato dari para ahli atau
orang-orang terkenal.
5)
Mempelajari kata-kata baru lalu
mempergunakannya.
6)
Melatih mempergunakan sinonim kata-kata.
7)
Melihat dan mendengarkan aktris-aktris
kenamaan
4.
Susunan
Kalimat
Gaya kalimat dan pidato
ditentukan oleh konstruksi kalimat. Itu berarti satu kalimat adalah manifestasi
isi pikiran yang sederhana atau yang terdiri dari berbagai segi. Atas dasar
susunan kalimat-kalimat pidato, orang dapat mengetahui format logis dan rohani
seorang manusia. kalimat itu dapat bermacam-maca: ada yang pendek, sederhana,
setengah panjang, panjang, rumit dan sulit. Dalam abad ke 18 ada mode untuk
menyusun pidato dengan mempergunakan kalimat-kalimat yang panjang. Tetapi
dewasa ini, kalimat-kalimat panjang bukan lagi merupakan mode; sebab kalimat
yang panjang menyulitkan pembicara untuk mengatur pernafasan. Setiap bagian
kalimat dapat menjadi penghalang, yang harus ditangkap dan dimengerti dengan
susah payah. Bagi para pendengar, kalimat panjang akan sulit di tangkap dan
dimengerti.
Pendengar
akan sukar mengikuti jalan pikiran pidato semacam ini, dan lebih lagi mereka
akan sukar memahaminya. Kalimat-kalimat yang panjang membawa efek negatif,
sebab :
1)
Sering memiliki tatabahasa yang buruk
dan merusakkan gaya bahasa
2)
Mempersulit jalan pikiran
3)
Mengacaukan para pendengar dan
menyebabkan perhatiannya menurun
4)
Membantu melahirkan ketidakpastian
5)
Tidak memiliki efek menurut psikologi
6)
Terlalu mahal, karena menuntut
konsentrasi yang 4-5 kali lebih besar.
Oleh karena itu sebuah
pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek, sebab kalimat
pendek:
1)
Mudah dipakai untuk bermain kata
2)
Mudah untuk diberi tanggapan rohani
3)
Bersifat logis dan jelas
4)
Segera akan dimengerti
5)
Membentuk diri secara dinamis dan penuh
daya
6)
Memungkinkan teknik pause
7)
Memberi waktu untuk bernafas
8)
Tidak menuntut konsentrasi yang besar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Ada empat cara bernafas
yang kita kenal :
1) Pernafasan dada
2) Pernafasan perut
3) Pernafasan sisi dari rongga perut dan
dada
4) Pernafasan dalam (dan penuh)
Pernafasan
dalam (dan penuh) adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga
dada dan perut. Pernafasan ini bersifat ritmis dan lambat jalannya. Dalam
retorika dibutuhkan teknik pernafasan yang tepat, karena pernafasan yang tepat
dan baik adalah prasyarat untuk berbicara. Ia adalah motor dari pembicaraan.
Pernafasan yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar waktu
berbicara. Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa tanpa pernafasan yang tepat,
maka tidak dapat juga orang berbicara baik. Latihan bernafas untuk mengurangi
ketegangan :
1.
Duduklah tegak lurus
2.
Kedua pundak harus longgar dan bebas;
kedua telapak tangan diletakkan di atas perut.
3.
Mulut ditutup, lalu tariklah nafas
perlahan-lahan melalui hidung. Tariklah nafas sedalam mungkin sampai seluruh
rongga perut diisi udara. Perut akan menjadi besar dan terdorong ke depan.
4.
Tariklah nafas terus sampai seluruh
rongga dada menjadi penuh dengan udara.
(Bila ada kesulitan pada permulaan, berhenti sejenak...; lalu mulai lagi
dari awal)
5.
Bila seluruh rongga perut dan dada sudah
penuh berhentilah menarik nafas. Tahanlah nafas beberapa saat, lalu hembuskan
perlahan-lahan melalui hidung.
Untuk mempertinggi
efektivitas pidato, orang harus memperhatikan gerak-gerik tubuh dan ekspresi
anggota tubuhnya. Sesudah memperhatikan hal-hal yang positif dan negatif dalam
gerak-gerik tubuh sendiri, orang bisa berusaha melenyapkan atau memperbaikinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan gerak-gerik dan
ekspresi tubuh:
1)
Langkah yang pendek atau panjang, cepat
atau lambat pasti atau tidak pasti.
2)
Sikap tubuh waktu duduk, berdiri atau
berjalan (melangkah).
3)
Gerak-gerik, rasa gugup, ketenangan dan
sikap khusus pada diri sendiri waktu berpidato.
4)
Gerak kepala, waktu berbicara di dalam
kelompok.
5)
Muka dan ekspresinya: cerah, gembira,
sungguh-sungguh, keras, kaku dan asli?
6)
Mata: pandangannya membawa efek yang
ramah atau tidak.
7)
Tangan dan lengan: tergantung lurus ke
bawah, atau ikut bergerak/ digerakkan waktu berbicara; atau jari-jari dimainkan
tanpa ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda ada hubungan dengan
pembicaraan; memberi tanda yang ofensif atau agresif.
Ketiadaan
dinamika dalam berbicara dan berbahasa akan membawa pengaruh negatif terhadap
kewibawaan dan kepribadian pembicara. Pembicara yang lemah, kering, kaku, dan
monoton akan menurunkan nilai kepribadiannya di mata pendengar. Oleh karena itu
seorang pembicara yang ingin sukses dalam kariernya harus memiliki dinamika
dalam berbahasa, yang mengandung daya meyakinkan dan daya persuasi.
Kalimat-kalimat
panjang bukan lagi merupakan mode; sebab kalimat yang panjang menyulitkan
pembicara untuk mengatur pernafasan. Setiap bagian kalimat dapat menjadi
penghalang, yang harus ditangkap dan dimengerti dengan susah payah. Bagi para
pendengar, kalimat panjang akan sulit di tangkap dan dimengerti.
Kalimat-kalimat yang panjang membawa efek negatif, sebab :
1)
Sering memiliki tatabahasa yang buruk
dan merusakkan gaya bahasa
2)
Mempersulit jalan pikiran
3)
Mengacaukan para pendengar dan
menyebabkan perhatiannya menurun
4)
Membantu melahirkan ketidakpastian
5)
Tidak memiliki efek menurut psikologi
6)
Terlalu mahal, karena menuntut
konsentrasi yang 4-5 kali lebih besar.
Oleh karena itu sebuah
pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek, sebab kalimat
pendek:
1)
Mudah dipakai untuk bermain kata
2)
Mudah untuk diberi tanggapan rohani
3)
Bersifat logis dan jelas
4)
Segera akan dimengerti
5)
Membentuk diri secara dinamis dan penuh
daya
6)
Memungkinkan teknik pause
7)
Memberi waktu untuk bernafas
8)
Tidak menuntut konsentrasi yang besar.
B.
Saran
Penulis
menyarankan kepada pembaca agar memahami prasyarat-prasyarat retoris. Sehingga
pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dan terperinci.
DAFTAR
PUSTAKA
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi.
Yogyakarta: Kanisius.
terima kasih banyak atas makalah yang telah anda buat. ini sangat membantu
BalasHapusterima kasih sangat membantu dalam skripsi saya
BalasHapus