Kamis, 02 Oktober 2014

Retorika Prasyarat-Prasyarat Retoris

Prasyarat-Prasyarat Retoris
Makalah
Sejarah Perkembangan Retroika
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliaah
 Retorika


Disusun Oleh
                                                           Andri Syarifudin     1121153

Dosen Pembimbing: Darningwati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2013

KATA PENGANTAR

Makalah ini berjudul ”Prasyarat Retoris , di dalam makalah ini akan membahas mengenai monologika dan dialogika.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyelesaian makalah ini yang disebabkan kekurangan dan keterbatasan kemampuan pengetahuan yang penulis miliki dan masih jauh dari kesempurnaan.
Sehubungan dengan kekurangan dan kelemahan yang penulis lakukan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Darningwati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Retorika, Atas apa yang telah diberikan ini saya dapat memberikan suatu bekal ilmu pengetahuan kepada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Selain itu, penulsi berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kekeliruan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Baturaja ,  November 2013

                                       Penulis


                                                                DAFTAR ISI
KATA PENGATAR............................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................       
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A.    Latar Belakang............................................................................
B.     Rumusan Masalah.......................................................................
C.     Tujuan..........................................................................................
D.    Manfaat.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
                  Prasyarat – prasyarat Retoris                     
A.    Prasyarat organis...................................................................
1.      Pernafasan dan teknik bernafas.......................................
2.      Membina suara................................................................
3.      Gerak-gerik dan bahasa tubuh.........................................
B.     Prasyarat bahasa....................................................................
1.      Bahasa dan retorika.........................................................  
2.      Ritme dan dinamika bicara..............................................
3.      Perbendaharaan kata.......................................................
4.      Susunan kalimat..............................................................
5.      Ketentuan dan patokan...................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................

A.     Simpulan.....................................................................................
B.     Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Berbicara di depan umum bukanlah hal yang mudah. Seringkali kita merasa takut dan cemas saat akan berbicara di depan umum. Oleh karena itu, untuk berbicara di depan umum memerlukan banyak persiapan dan latihan agar memperoleh hasil yang baik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan yakni teknik dalam bernafas saat berbicara di depan umum. Kita harus dapat melakukan pernafasan yang baik agar apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh pendengar dengan jelas. Ada empat cara bernafas yang kita kenal, antara lain pernafasan dada, pernafasan perut, pernafasan sisi dari rongga perut dan dada serta pernafasan dalam (dan penuh). Selain pernafasan dan teknik bernafas yang baik, kita juga harus memperhatikan susunan kalimat dan ritme atau nada dalam berbicara agar tidak terjadi salah pemahaman.
Di samping teknik berbicara dan teknik menyusun serta membawakan pidato, pembicara juga harus menguasai beberapa prasyarat organis dan pemakaian bahasa yang tersusun baik. teknik menarik dan menghembuskan nafas, pembinaan suara, artikulasi, sikap badan, mimik serta penggunaan kata dan kalimat merupakan hal-hal penting yang harus dikuasai setiap orang yang ingin menjadi pandai bicara. Oleh karena itu, makalah ini disusun sebagai langkah awal kita mengetahui prasyarat-prasyarat retoris.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.             Bagaimana teknik bernafas yang baik?
2.             Bagaimana membina suara yang baik saat berbicara?
3.             Apa yang dimaksud gerak-gerik dan bahasa tubuh?
4.             Bagaimana ritme dan dinamika dalam berbicara?
5.             Apa fungsi perbendaharaan kata?
6.             Bagaimana cara memperluas perbendaharaan kata?
7.             Bagaimana susunan kalimat yang baik dalam berbicara?
C.           Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.             Menjelaskan teknik bernafas yang baik.
2.             Menjelaskan cara membina suara saat berbicara.
3.             Menjelaskan gerak-gerik dan bahasa tubuh.
4.             Menjelaskan ritme dan dinamika bicara.
5.             Mendeskipsikan fungsi perbendaharaan kata.
6.             Mendeskripsikan cara memperluas perbendaharaan kata.
7.             Menjelaskan susunan kalimat dalam berbicara.



D.           Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi ilmu pengetahuan baru mengenai prasyarat retoris.
Secara praktis, makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi:
a.              Penulis
Penulis diharapakan setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini dapat lebih memahami prasyarat retoris.
b.             Pembaca
Semoga setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang prasyarat-prasyarat retoris.

            
BAB II
PEMBAHASAN

A.           PRASYARAT ORGANIS
1.             Pernafasan dan Teknik Bernafas
Sebuah pepatah tua dari India berbunyi : “Nafas adalah pengatur segala sesuatu.
Pettenkofer mengatakan, “Adalah menarik, bahwa dalam hidup yang biasa, orang lebih mementingkan air yang diminum dan kurang mementingkan udara yang dihirup. Meskipun menurut jumlahnya kenikmatan akan air itu berbeda daripada kenikmatan akan udara, namun sebaiknya orang lebih mementingkan udara yang dihirup waktu menarik nafas.
Erich Drach mengatakan, “Dilihat dari segi psikologi, berbicara itu adalah menghembuskan nafas. Menurut tujuannya, berbicara berarti pertama-tama: bernafas yang benar.
Goethe mengatakan, “Waktu menarik nafas ada dua anugerah yang diperoleh: memasukkan udara segar, (dan) menghembuskan udara kotor. Udara yang kotor itu menekan, sedangkan udara yang masuk itu menyegarkan. Betapa indah hidup ini tercampur. Sebab itu, bersyukurlah kepada Tuhan, kalau dia menekan anda dan bersyukurlah kepadanya, bila dia melegakan anda kembali.
Kesehatan jiwa dan badan seorang manusia yang penuh tergantung dari pernafasan yang baik dan benar. Teknik bernafas yang tepat dapat menjadi sarana untuk menghilangkan penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit kronis. Di samping itu ada banyak penyakit lain yang dapat disembukan oleh teknik bernafas yang baik dan benar.
a.             Proses Penafasan
Di dalam dunia dewasa ini banyak zat pembakar menjadi kotor oleh pengaruh teknologi modern. Justru karena itu, zat pembakar yang semakin kurang ini dipergunakan sebaik mungkin untuk kepentingan organ tubuh manusia melalui teknik pernafasan yang baik.
Ada empat cara bernafas yang kita kenal :
1)         Pernafasan dada
2)         Pernafasan perut
3)         Pernafasan sisi dari rongga perut dan dada
4)         Pernafasan dalam (dan penuh)
Pernafasan dalam (dan penuh) adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada dan perut. Pernafasan ini bersifat ritmis dan lambat jalannya.
Dalam retorika dibutuhkan teknik pernafasan yang tepat, karena pernafasan yang tepat dan baik adalah prasyarat untuk berbicara. Ia adalah motor dari pembicaraan. Pernafasan yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar waktu berbicara. Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa tanpa pernafasan yang tepat, maka tidak dapat juga orang berbicara baik. Tetapi dalam kenyataan kebanyakan orang mempergunakan pernafasan dada. Seorang yang pandai berbicara harus menguasai teknik pernafasan dalam, sebagai kombinasi dari ketiga jenis pernafasan yang lain.

b.             Hal yang Harus Diketahui
Berbicara itu pada dasarnya memberikan bunyi dan suara pada waktu menghembus nafas, sebab manusia itu berbicara ketika dia menghembus nafas. Jadi seni utamanya tidak terletak pada menarik nafas,  tetapi justru sebaliknya yakni waktu menghembuskan nafas. Masalahnya ialah bahwa kalau orang bernafas tidak dalam, maka sebagian besar CO2 tidak dikeluarkan, tetapi tinggal di dalam paru-paru. Hal ini menyebabkan hanya sedikit udara segar yang masuk ke dalam paru-paru.
c.              Teknik Bernafas pada Awal dan Selama Berpidato
Hembuskan nafas sedalam mungkin sebelum Anda berbicara atau berpidato! Sebelum mulai berbicara, anda perlu menghembuskan nafas, supaya udara kotor dalam paru-paru dikeluarkan, dan paru-paru dikosongkan, sehingga ada cukup tempat untuk udara baru yang segar. Ini akan mengakibatkan kata-kata atau kalimat pertama yang diucapkan kedengaran jelas, juga waktu mengucapkannya anda tidak tergesa-gesa.
Bila anda bernafas secara dalam, maka dalam satu menit anda akan bernafas sebanyak delapan kali. Pernafasan yang tidak dalam akan berjumlah 14-18 kali dalam satu menit. Untuk membawakan pidato atau ceramah perlu sejumlah besar udara yang masuk ke dalam paru-paru. Oleh karena itu teknik bernafas secara mendalam harus dikuasai, sampai proses itu bisa berjalan secara otomatis.
d.             Mengontrol Teknik Bernafas Tiap Hari
Setiap hari teknik bernafas harus dikontrol. Orang harus tetap sadar untuk menarik dan menghembuskan nafas secara dalam. Yang harus lebih diperhatikan ialah menghembuskan nafas; karena hal itu penting untuk mengeluarkan udara yang sudah dipakai dari dalam paru-paru. Bila mengalami rasa takut, cemas, dan tegang berusahalah supaya menarik nafas perlahan-lahan dan dalam, menahan nafas beberapa detik, lalu menghembuskannya lagi. Supaya pernafasan perut dan rongga dada bisa berfungsi baik, secara otomatis, haruslah dibuat latihan pernafasan setiap hari, misalnya waktu berjalan-jalan pada pagi atau sore hari di mana udara masih segar. Waktu membaca atau berbicara, berusahalah supaya suku-suku kata terakhir diucapkan dengan jelas dan diberi tekanan, sehingga dengan itu bisa menghembuskan nafas dengan lebih baik.
e.              Latihan-Latihan
Latihan bernafas untuk mengurangi ketegangan :
1.             Duduklah tegak lurus
2.             Kedua pundak harus longgar dan bebas; kedua telapak tangan diletakkan di atas perut.
3.             Mulut ditutup, lalu tariklah nafas perlahan-lahan melalui hidung. Tariklah nafas sedalam mungkin sampai seluruh rongga perut diisi udara. Perut akan menjadi besar dan terdorong ke depan.
4.             Tariklah nafas terus sampai seluruh rongga dada menjadi penuh dengan udara.  (Bila ada kesulitan pada permulaan, berhenti sejenak...; lalu mulai lagi dari awal)
5.             Bila seluruh rongga perut dan dada sudah penuh berhentilah menarik nafas. Tahanlah nafas beberapa saat, lalu hembuskan perlahan-lahan melalui hidung.
1)             Latihan Membaca Waktu Bernafas
Kapasitas pernafasan dapat dilatih. Caranya sebagai berikut: bernafaslah dalam lalu bacalah teks. Ketika menghembuskan nafas, bacalah beberapa kalimat. Catatlah tiap kali, berapa kalimat yang diucapkan selama menghembuskan nafas. Latihan ini dapat diulangi beberapa kali. Pada hari berikutnya, latihlah sekali lagi dan perhatikanlah beberapa jauh kemajuan yang sudah tercapai. Bila latihan ini dilakukan tiap hari, maka kemajuan akan cepat tampak.
2)             Latihan Kelompok
Kelompok-kelompok spontan bisa dibentuk, lalu dibuat latihan membaca. Akan kelihatan siapa yang perlu melakukan latihan pernafasan.
3)             Test Anak Korek Api
Untuk bisa menilai hasil yang dicapai waktu menghembuskan nafas, tariklah sedalam mungkin dan cobalah menghembuskan nafas lewat mulut untuk mematikan satu anak korek api yang sedang menyala, pada jarak 8 cm dari mulut. Kalau tidak berhasil, maka harus diulangi latihan menarik dan menghembuskan nafas.
4)             Test Lilin dan Kelompok
Pasanglah tiga lilin di atas tiga piring. Tempatkan ketiga piring pada satu garis lurus. Lalu cobalah! Setiap anggota kelompok dapat mencoba untuk meniup lilin itu sampai padam.
Siapa yang mempunyai pernafasan yang lemah, dapat membuat latihan sambil mengangkat lengannya. Waktu menarik nafas lengan diangkat ke atas sampai sejajar dengan pundak; waktu menghembuskan lengan diturunkan perlahan-lahan.
Latihan pernafasan harus juga dijalankan oleh para penyanyi, sebab pernafasan mengaktifkan organ-organ di dalam tubuh, memperluas resonansi dan memperkuat paru-paru. Para ahli pidato tahu dengan pasti bahwa zat pembakar yang cukup di dalam paru-paru merupakan kepastian retoris yang penting. Bila orang tidak cukup dan tidak memiliki volume udara yang seharusnya, maka pembicaraan tidak akan membawa efektivitas. Nafas adalah bensin dari dinamika manusiawi.
2.             Membina Suara
Suara itu penting untuk menciptakan kontak dan simpati dengan para pendengar. Oleh karena itu suara sangat bernilai. Apa arti anda, kalau pada pagi hari anda kehilangan suara? Dapatkah anda menjalankan tugas tanpa memiliki suara? Suara manusia adalah satu instrumen yang lunak, tetapi sekaligus juga luar biasa. Dengan suara orang bisa tersenyum, bersungut-sungut, tertawa dan lain-lain, misalnya waktu menelepon. Melalui suara orang dapat mengungkapkan reaksi manusiawi, situasi batin orang lain, simpati, antipati, kemarahan dan kesedihan.
Suara yang dikeluarkan pertama-tama bukan menyentuh budi manusia, melainkan fungsi perasaan manusia di dalam alam bawah sadar. Reaksi yang positif atau negatif ini kemudian baru mempengaruhi budi manusia, melalui getaran-getaran alam bawah sadar muncullah simpati atau antipati.
Suara yang dikeluarkan oleh manusia dapat memiliki berbagai macam karakter seperti dibawah ini :
a.              Suara yang apatis, yang tidak menunjukkan tanda turut serta
b.             Suara yang lemah karena terlalu payah
c.              Suara yang cemas dan takut
d.             Suara yang tidak percaya
e.              Suara yang informatif
f.              Suara yang aktif dan berinisiatif
g.             Suara yang mengandung perasaan yang jernih
h.             Suara yang dingin dan rasional
i.               Suara yang bernada agitasi
j.               Suara yang penuh perjuangan
k.             Suara yang gaduh

a)             Modulasi Suara
Efektivitas dalam berbicara tidak hanya tergantung dari teknik bernafas, resonansi dan artikulasi, tetapi juga tergantung dari modulasi suara. Modulasi berarti satu perubahan ritmis dari intonasi bahasa dalam hubungan dengan naik turunnya suara secara sadar. Oleh modulasi, orang-orang dapat berbicara cepat dan lambat, kuat dan halus, tinggi dan rendah atau dengan kombinasi dan variasi sesuai dengan keinginan pembicara dan di samping itu modulasi juga mengkarakterisasi suara menjadi ramah, gembira, sedih, hangat, sayu, ironis dan lain-lain.

1)             Kegunaan Modulasi
a.              Modulasi dapat memberi motivasi yang kuat kepadapara pendengar, karena menopang pesan yang disampaikan.
b.             Modulasi juga dapat memiliki daya yang meyakinkan dalam berpidato
Orang-orang harus berlatih sampai dapat secara sadar membuat modulasi waktu berbicara sehingga mempertinggi efektivitas pidatonya.
2)             Latihan
Setiap kalimat di bawah ini memiliki satu modulasi tertentu, yang memberi makna dan efektivitas pesan yang sesuai.
a.             Nada sopan santun yang dingin
“Tentu saya senang bahwa anda begitu cepat menyelesaikan pekerjaan itu. Tetapi, silahkan duduk! Bagaimana anda menyelesaikan masalah sewa kamar itu?
b.             Nada perfeksionis
“Saya masih ingin memperingatkan saudara sekali lagi, bahwa pekerjaan harus dilaksanakan secara teliti, sampai sekecil-kecilnya! Kita harus selalu bekerja sampai mendapat hasil yang sempurna!
c.              Nada Harapan
“Kalau kita berlibur ke Bali pasti akan bagus. Kalau saya bayangkan tempat-tempat yang indah seperti Danau Bedugul, Kintamani, Tampak Siring dan Kuta... wah... Maunya sekarang saya berhenti bekerja, langsung membeli tiket dan terbang ke Denpasar!”


d.             Nada Permohonan
“Saya minta tolong Pak! Tolong buatkan untuk saya surat kelakuan baik. Saya sangat membutuhkannya sekarang, saya terdesak! Tolong... ya, jangan mempersulit. Untuk itu saya haturkan banyak terima kasih!”
e.              Nada Perintah
“Buatkan surat kelakuan baik untuk Tuan ini! Hati-hati, tidak boleh ada salah ketik! Sesudah 30 menit harus sudah ada di atas meja saya, saya harus menandatanganinya, karena dia sangat membutuhkannya!”
f.               Nada Marah
“Kau sudah buat lagi satu kesalahan yang fatal di dalam akte ini! Kau memang goblok! Tidak ada gunanya kau bekerja di sini! Keluar dari ruangan ini. Kalau tidak, saya lempar kau lewat jendela!”
g.             Nada benci
“Yang menjadi penyebab pasti anak brandal itu. Terkutuklah dia! Semoga saya bisa bertemu dengan dia. Saya akan membalas dendam sampai sehabis-habisnya, supaya dia bisa bertobat!”
h.        Nada Bersorak Gembira
“Akhirnya kami berhasil juga... Sekarang tugas yang berat itu sudah selesai! Segala perjuangan dan korban yang dijalankan selama ini ternyata tidak percuma. Hura... hura... tujuan kini sudah tercapai!”



i.               Nada Takut dan Cemas
“Kau dengar itu? Coba pasang telinga ... Ada langkah mendekat. Siapa gerangan yang datang? Tenang, supaya mereka tidak mendengar. Bahaya... kala mereka menemukan kita. Kita tidak dapat membela diri. Ssst.... tenang ...!
j.               Nada Ironis
“Kau boleh mengalahkan dia dua set langsung dalam pertandingan badminton. Tetapi melawan saya, kau pasti tidak akan berkutik!”

b)            Resonansi dan Suara
Supaya suara itu sehat dan kuat dalam bicara, maka harus dibina lewat resonansi. Ada bagian-bagian tubuh manusia yang dapat memberi resonansi yang kuat. Bagian-bagian ini adalah:
1)             Seluruh kerangka tulang tubuh manusia. Tulang itu memberi dan melanjutkan resonansi suara ke mana-mana, sehingga suara itu menjadi besar dan jelas. Bukan daging yang memberi resonansi, tetapi tulang.
2)             Rongga kerongkongan.
3)             Tengkorak kepala manusia seperti: tulang dahi, kedua rahan atas dan tulang hidung.
4)             Rongga dada
5)             Rongga dada adalah bagian tubuh yang memberi resonansi yang paling besar.
Bila seluruh aparat resonansi itu dikerahkan dan dikoordinasi maka getaran suara akan terasa di seluruh tubuh manusia. Suara akan menjadi jelas dan sehat.
3.             Gerak-gerik dan Bahasa Tubuh
Menurut penyelidikan ilmu pengetahuan, tubuh dapat menjadi duta yang menyampaikan pesan atau maksud kepada manusia lain. Gerak-gerik dan ekspresi tubuh manusia dapat melengkapi, meneguhkan maksud yang disampaikan; atau sebaliknya dapat juga menghalangi tercapainya sesuatu maksud. Gerak-gerik dan ekspresi tubuh dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia yang paling dalam paling tersembunyi.
Untuk mempertinggi efektivitas pidato, orang harus memperhatikan gerak-gerik tubuh dan ekspresi anggota tubuhnya. Sesudah memperhatikan hal-hal yang positif dan negatif dalam gerak-gerik tubuh sendiri, orang bisa berusaha melenyapkan atau memperbaikinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan gerak-gerik dan ekspresi tubuh:
1)             Langkah yang pendek atau panjang, cepat atau lambat pasti atau tidak pasti.
2)             Sikap tubuh waktu duduk, berdiri atau berjalan (melangkah).
3)             Gerak-gerik, rasa gugup, ketenangan dan sikap khusus pada diri sendiri waktu berpidato.
4)             Gerak kepala, waktu berbicara di dalam kelompok.
5)             Muka dan ekspresinya: cerah, gembira, sungguh-sungguh, keras, kaku dan asli?
6)             Mata: pandangannya membawa efek yang ramah atau tidak.
7)             Tangan dan lengan: tergantung lurus ke bawah, atau ikut bergerak/ digerakkan waktu berbicara; atau jari-jari dimainkan tanpa ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda yang ofensif atau agresif.
Gerak-gerik adalah satu bantuan optis untuk memperjelas apa yang diucapkan, oleh karena itu, tidak boleh berlebih-lebihan. Kebanyakan pembicara sudah menguasai gerak-gerik tertentu, sehingga dapat dipergunakan kapan saja, bilamana mereka mengucapkan suatu pidato. Bahayanya, gerak-gerik yang dihafal tidak lagi sesuai dengan apa yang diucapkan. Ia tidak berfungsi menjelaskan apa yang diucapkan, malah mengelirukan para pendengar. Untuk menghindarkan hal itu, maka pembicara sebaiknya membuat latihan di hadapan rekan atau sahabatnya supaya mereka menilai gerak-geriknya. Untuk memudahkan pembicaraan waktu berpidato, orang dapat memberi tanda pada teks, di mana ia harus menunjukkan gerak-gerik atau mimik. Kalau bisa, waktu membuat latihan untuk menguasai teks, pembicara dapat mencoba gerak-gerik dan mimik ini di depan cermin untuk melihat efeknya. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menilai gerak-gerik dan mimik:
1)             Gerak-gerik harus cocok dan jelas sesuai dengan apa yang diucapkan.
2)             Gerak-gerik dan mimik tidak boleh berlebih-lebihan, juga tidak boleh terlalu sederhana, sehingga pendengar tidak bisa melihat atau memperhatikannya.
3)             Gerak-gerik yang sama tidak boleh diulang dalam satu pidato, juga tidak boleh terlalu kurang.



B.            PRASYARAT BAHASA
1.             Bahasa dan Retorika
Siapa yang berjumpa manusia dan berbicara dengan dia akan segera mengenal kekuatan dan kelemahan manusiawinya. Siapa yang membuka mulutnya dan berbicara, akan menang atau kalah. Tidak ada jalan tengah! Bahasa merupakan alat pengukur nilai seseorang dalam hubungan antarmanusia. Keberhasilan atau kegagalan dalam hidup sering bergantung dari kepandaian berbicara. Apa gunanya pengetahuan luas yang dimiliki di dalam otak, kalau tidak bisa diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti?
Untuk mencapai satu kepribadian yang memancarkan wibawa, dibutuhkan juga format penggunaan bahasa yang baik dan tepat, sikap yang mulia dan budi yang halus. Kepastian dan ketepatan dalam menggunakan bahasa sangatlah menentukan kepastian penampilan dan efekitivitas karya. Kita sendirilah yang akan menjelaskan kepada pendengar, melalui ungkapan-ungkapan manusiawi kita dan ketepatan retorik bagaimana mereka mengkotakkan dan memperlakukan kita.
Sering terjadi bahwa oleh karena kekurangterampilan dalam mempergunakan kepandaian bicara, kita berbicara mengawang, tidak mengena di hati pendengar, tidak sesuai dengan kebutuhan mereka; sehingga maksud kita tidak tercapai.
Bila kita berbicara mengawang, maka kita tidak akan dimengerti, dan kalau kita tidak dimengerti, kita harus berusaha supaya kita bisa dimengerti.
Banyak orang berbicara terlalu banyak dan terlalu panjang, sering tanpa kontrol. Setiap orang, dalam pembicaraannya, akan lebih baik dan meyakinkan, bila ia mempelajari kesanggupan bahwa dengan mempergunakan kata-kata yang minimum ia dapat mencapai hasil maksimum.Beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
Hanya sedikit orang, yang :
1)             Mengenal kemampuan dan bentuk berbahasanya.
2)             Tahu, apakah bahasanya kedengaran indah atau buruk.
3)             Merasa, apakah dia bicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
4)             Tahu bahwa ia berbicara tidak logis
5)             Berbicara sebagai orang terdidik dan berwibawa
6)             Mendengarkan dan menilai perbendaharaan kata-katanya
7)             Mengontrol dirinya sendiri selama berbicara
8)             Tahu bagaimana rupanya yang tampak waktu ia sedang berbicara.
9)             Memiliki kesadaran penuh sewaktu berbicara
a.             Pentingnya Bahasa
Orang dapat kehilangan wibawa dan pengaruh dalam waktu beberapa menit saja, karena ketidakterampilan dan ketidaktepatan, serta ketidakbecusan dalam membawakan satu pidato atau pembicaraan. Juga bahasa yang bersifat informatif dapat dibawakan secara menarik dan memukau. Bahasa juga perlu untuk bidang-bidang ilmu yang membutuhkan keandalan rohani yang tinggi, tergantung bagaimana orang menyusun dan membawakannnya. Suatu masalah, soal, ide, atau pikiran, baru akan berarti dan menjadi penting, kalau bisa dibeberkan dengan bahasa yang baik. Oleh karena itu berlakulah norma-norma di bawah ini :
1)             Bahasa tidak hanya merajai manusia, tetapi juga politik.
2)             Bahasa adalah nafas dari jiwa manusia.
3)             Bahasa sebuah batu loncatan emas menuju keberhasilan dalam hidup dan karya.
4)             Bahasa adalah penampakan luaran dari roh
5)             Bahasa adalah tanda pengenal materiil dari sinar kepribadian.
6)             Yang lebih penting daripada pidato ialah orang yang berpidato.
7)             Seorang yang berbudi luhur hendaknya memiliki bahasa yang halus dan luhur.
8)             Bahasa juga menjadi kerdil, kalau orang tidak menghiraukannya.

b.             Kesadaran Berbicara dan Efektivitasnya
Sekitar 95% manusia berbicara tanpa sadar. Berarti mereka tidak mendengar akibat dari bahasanya, kata-kata yang dipilihnya, susunan kalimatnya, rasa bahasa, nada monoton dari suaranya, tempo bicaranya dan artikulasinya! Orang menjadi terlalu sibuk dengan bahan yang dibicarakan dan tenggelam di dalamnya sehingga tidak sadar lagi akan bahasa yang dipergunakan. Alat-alat bicara dan gerakan motorik bicaranya berjalan secara otomatis; terjadi di dalam proses yang intuitif atau malah instingtif, sejauh dimungkinkan oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu semua orang yang berbicara sering terjatuh di dalam bahayayang besar.
Lewat bahasa yang tidak disadari, orang tidak lagi merasakan gerakan badannya. Orang tidak lagi mengontrol gambaran luar dan akibat estetis dari bahasanya. Tetapi justru semuanya ini memancing simpati atau sebaliknya antipati.
Itulah sebabnya setiap pembicara harus memiliki kesadaran akan akibat-akibat pembicaraannya. Berarti ia harus mengontrol bahasanya. Untuk itu orang harus memperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini:
1)             Setiap orang akan menjadi lebih liar dalam berbahasa, kalau ia tidak mendengarkan dirinya yang sedang berbicara.
2)             Tanpa kesadaran berbicara orang tidak akan memiliki kesadaran akan akibat kemanusiaan.
3)             Bila waktu berbicara, pembicara tidak melihat mata para pendengar (tidak ada kontak mata dengan pendengar), itu berarti pembicaraannya tidak akan mengena di hati pendengar.
4)             Seorang pembicara yang ramah akan mendapat simpati.
5)             Tak seorang pun boleh kehilangan kesadaran akan akibat pembicaraannya waktu berbicara. Ia harus selalu sadar dan mempertimbangkan akibat pembicaraannya waktu sedang berbicara.

2.             Ritme dan Dinamika Bicara
a.             Dinamika Bicara
Suara adalah penopang dan pembantu dalam membina dinamika bicara. Sering terjadi bahwa orang-orang terdidik seperti guru, dosen atau profesor-profesor berbicara terlalu pelan dan membosankan, tanpa dinamika. Bahasanya tidak memiliki efek yang sugestif. Karena ketiadaan dinamika bahasa, mereka tidak dapat menyentuh dunia perasaan pendengar dan karena itu tidak bisa memiliki dinamika, akan memberikan kesan-kesan terhadap pembicaraannya sebagai berikut :
1.             Kaku dan bersifat rutin
2.             Kurang rasa kepastian
3.             Kehendak dan kemauan yang lemah
4.             Kurang sumber-sumber kekuatan/daya
5.             Kurang percaya diri
6.             Tanpa semangat
7.             Memiliki rasa takut dan cemas
8.             Kurang memiliki perasaan

Ketiadaan dinamika dalam berbicara dan berbahasa akan membawa pengaruh negatif terhadap kewibawaan dan kepribadian pembicara. Pembicara yang lemah, kering, kaku, dan monoton akan menurunkan nilai kepribadiannya di mata pendengar. Oleh karena itu seorang pembicara yang ingin sukses dalam kariernya harus memiliki dinamika dalam berbahasa, yang mengandung daya meyakinkan dan daya persuasi. Dinamika ini dapat dibina dengan jalan:
1.             Memperkuat hembusan nafas
2.             Memperkuat resonansi dalam tubuh
3.             Mempertajam dan mempertepat artikulasi
4.             Memperlambat tempo bicara oleh memperlambat ucapan vokal dan urutan bicara.
Dalam hal ini pembicara sendiri harus melatih diri.
b.             Ritme Bicara
Untuk percakapan sehari-hari dan bahasa populer tidak diperlukan suatu ritme bahasa. Penekanan kata yang baik dan tepat sudah cukup. Makna kata atau kalimat ditentukan tanda-tanda baca dan teknik pernafasan. Sudah dibicarakan bahwa pause/istirahat singkat di tengah kalimat dapat juga menentukan ritme bicara. Tetapi bagi pembicara yang baik dan demi efektivitas pidato, hal-hal di atas ini belum cukup. Pembicara harus juga memperhatikan aturan ritmis dalam metrum dan bait. Ayat dalam satu bait dan metrum adalah komponen-komponen yang menentukan untuk memberi dinamika suatu kata.
Cicero mengatakan, “Telinga atau sebenarnya jiwa, lewat mana telinga menerima suatu keterangan memiliki dalam dirinya satu ukuran tertentu yang alamiah untuk mendengar segala bunyi. Atas dasar itu ia mengenal, apakah sesuatu itu terlalu panjang atau terlalu singkat dan selalu mengharapkan sesuatu yang lebih sempurna dan teratur”. Bentuk-bentuk ritme bahasa itu menyebabkan bahasa yang diucapkan menjadi lebih hidup dan lebih bervariasi dalam irama daripada yang dinyanyikan. Ini akan menjadi dasar melodi yang akan memperindah bahasa yang diucapkan. Semua ini tampaknya terlalu teoritis, tetapi sebenarnya menyangkut hal-hal praktis. Setiap orang yang harus berbicara, hendaknya sekurang-kurangnya menerima dan mengerti bagian-bagian yang paling penting, dan hal ini justru tergantung dari apa yang dikatakan dan bagaimana orang mengatakannya. Kalau tidak dibawakan secara menarik, maka bahan-bahan hasil industri tidak akan laku di pasaran. Dalam kehidupan praktis, substansi bahasa harus juga diberi busana yang indah menarik.
3.             Perbendaharaan Kata
a.             Fungsi Perbendaharaan Kata
Menurut penyelidikan, orang yang paling terdidik dapat memahami 12.000 pengertian. Orang yang terdidik memahami kira-kira 8 sampai 10 ribu pengertian. Orang yang berpendidikan sederhana hanya memahami 6 sampai 8 ribu pengertian dari seluruh perbendaharaan kata. Dari jumlah perbendaharaan kata-kata yang dipahami secara pasif ini, hanya kira-kira seperlima sampai seperempat yang dapat dipergunakan secara aktif.
Ketika manusia lahir, kepalanya masih kosong. Perlahan-lahan ia mulai mempelajari kata-kata dan mulai memahami pengertian-pengertian; dan dengan itu ia mulai berpikir. Manusia berpikir dengan mempergunakan kata-kata dan pengertian. Tanpa kata-kata dan pengertian manusia tidak mungkin dapat berpikir. Yang menarik adalah bahwa “volume berpikir” manusia itu sebanding dengan jumlah keseluruhan perbendaharaan kata yang dimilikinya.
Setiap kata memiliki isi. Isi kata ini menghantar manusia kepada pengertian. Jadi kata-kata adalah tanda bahasa dari pengertian-pengertian. Setiap orang harus menguasai pengertian-pengertian dan kata-kata. Dalam kehidupan praktis, banyak orang yang karena jabatan dan tugasnya harus mempengaruhi, mensugesti dan meyakinkan orang lain, dan semuanya itu hanya mungkin kalau dia memiliki kata dan pengertian yang cukup. Artinya, kalau dia memiliki perbendaharaan kata yang cukup. Pengertian dan kata-kata atau perbendaharaan kata yang luas menunjukkan tingkat pendidikan dan volume rohani seseorang. Bagaimana kata-kata itu ditemukan.
b.             Memperluas Perbendaharaan Kata
Kata-kata itu ada, bermacam-macam. Ada yang baik, sangat baik, mulia, halus, sopan, tepat dan indah. Tetapi di samping itu ada juga kata-kata yang kasar, primitif, menyinggung perasaan, menimbulkan kejengkelan atau kata-kata murahan. Orang bisa menyelidiki perbendaharaan kata-katanya dengan jalan merekam pembicaraannya dan sesudah itu mendengarkan kembali. Orang sendiri akan terkejut waktu mendengar kata-kata yang dipergunakannya. Tidak hanya itu, tetapi dialetik, suara dan susunan kalimat yang dipergunakannya akan mengejutkan dia. Itulah sebabnya setiap pembicara perlu memperluas perbendaharaan kata-katanya. Caranya adalah sebagai berikut:
1)             Menyelidiki perbendaraahn kata-kata lewat bandrecorder
2)             Memperhatikan perbendaharaan kata-kata yang dipergunakan orang lain.
3)             Membaca buku-buku yang baik dan bermutu
4)             Mendengar pidato dari para ahli atau orang-orang terkenal.
5)             Mempelajari kata-kata baru lalu mempergunakannya.
6)             Melatih mempergunakan sinonim kata-kata.
7)             Melihat dan mendengarkan aktris-aktris kenamaan

4.             Susunan Kalimat
Gaya kalimat dan pidato ditentukan oleh konstruksi kalimat. Itu berarti satu kalimat adalah manifestasi isi pikiran yang sederhana atau yang terdiri dari berbagai segi. Atas dasar susunan kalimat-kalimat pidato, orang dapat mengetahui format logis dan rohani seorang manusia. kalimat itu dapat bermacam-maca: ada yang pendek, sederhana, setengah panjang, panjang, rumit dan sulit. Dalam abad ke 18 ada mode untuk menyusun pidato dengan mempergunakan kalimat-kalimat yang panjang. Tetapi dewasa ini, kalimat-kalimat panjang bukan lagi merupakan mode; sebab kalimat yang panjang menyulitkan pembicara untuk mengatur pernafasan. Setiap bagian kalimat dapat menjadi penghalang, yang harus ditangkap dan dimengerti dengan susah payah. Bagi para pendengar, kalimat panjang akan sulit di tangkap dan dimengerti.
Pendengar akan sukar mengikuti jalan pikiran pidato semacam ini, dan lebih lagi mereka akan sukar memahaminya. Kalimat-kalimat yang panjang membawa efek negatif, sebab :
1)             Sering memiliki tatabahasa yang buruk dan merusakkan gaya bahasa
2)             Mempersulit jalan pikiran
3)             Mengacaukan para pendengar dan menyebabkan perhatiannya menurun
4)             Membantu melahirkan ketidakpastian
5)             Tidak memiliki efek menurut psikologi
6)             Terlalu mahal, karena menuntut konsentrasi yang 4-5 kali lebih besar.

Oleh karena itu sebuah pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek, sebab kalimat pendek:
1)             Mudah dipakai untuk bermain kata
2)             Mudah untuk diberi tanggapan rohani
3)             Bersifat logis dan jelas
4)             Segera akan dimengerti
5)             Membentuk diri secara dinamis dan penuh daya
6)             Memungkinkan teknik pause
7)             Memberi waktu untuk bernafas
8)             Tidak menuntut konsentrasi yang besar.

BAB III
PENUTUP

A.           Simpulan
Ada empat cara bernafas yang kita kenal :
1)         Pernafasan dada
2)         Pernafasan perut
3)         Pernafasan sisi dari rongga perut dan dada
4)         Pernafasan dalam (dan penuh)
Pernafasan dalam (dan penuh) adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada dan perut. Pernafasan ini bersifat ritmis dan lambat jalannya. Dalam retorika dibutuhkan teknik pernafasan yang tepat, karena pernafasan yang tepat dan baik adalah prasyarat untuk berbicara. Ia adalah motor dari pembicaraan. Pernafasan yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar waktu berbicara. Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa tanpa pernafasan yang tepat, maka tidak dapat juga orang berbicara baik. Latihan bernafas untuk mengurangi ketegangan :
1.             Duduklah tegak lurus
2.             Kedua pundak harus longgar dan bebas; kedua telapak tangan diletakkan di atas perut.
3.             Mulut ditutup, lalu tariklah nafas perlahan-lahan melalui hidung. Tariklah nafas sedalam mungkin sampai seluruh rongga perut diisi udara. Perut akan menjadi besar dan terdorong ke depan.
4.             Tariklah nafas terus sampai seluruh rongga dada menjadi penuh dengan udara.  (Bila ada kesulitan pada permulaan, berhenti sejenak...; lalu mulai lagi dari awal)
5.             Bila seluruh rongga perut dan dada sudah penuh berhentilah menarik nafas. Tahanlah nafas beberapa saat, lalu hembuskan perlahan-lahan melalui hidung.

Untuk mempertinggi efektivitas pidato, orang harus memperhatikan gerak-gerik tubuh dan ekspresi anggota tubuhnya. Sesudah memperhatikan hal-hal yang positif dan negatif dalam gerak-gerik tubuh sendiri, orang bisa berusaha melenyapkan atau memperbaikinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan gerak-gerik dan ekspresi tubuh:
1)             Langkah yang pendek atau panjang, cepat atau lambat pasti atau tidak pasti.
2)             Sikap tubuh waktu duduk, berdiri atau berjalan (melangkah).
3)             Gerak-gerik, rasa gugup, ketenangan dan sikap khusus pada diri sendiri waktu berpidato.
4)             Gerak kepala, waktu berbicara di dalam kelompok.
5)             Muka dan ekspresinya: cerah, gembira, sungguh-sungguh, keras, kaku dan asli?
6)             Mata: pandangannya membawa efek yang ramah atau tidak.
7)             Tangan dan lengan: tergantung lurus ke bawah, atau ikut bergerak/ digerakkan waktu berbicara; atau jari-jari dimainkan tanpa ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda yang ofensif atau agresif.
Ketiadaan dinamika dalam berbicara dan berbahasa akan membawa pengaruh negatif terhadap kewibawaan dan kepribadian pembicara. Pembicara yang lemah, kering, kaku, dan monoton akan menurunkan nilai kepribadiannya di mata pendengar. Oleh karena itu seorang pembicara yang ingin sukses dalam kariernya harus memiliki dinamika dalam berbahasa, yang mengandung daya meyakinkan dan daya persuasi.
Kalimat-kalimat panjang bukan lagi merupakan mode; sebab kalimat yang panjang menyulitkan pembicara untuk mengatur pernafasan. Setiap bagian kalimat dapat menjadi penghalang, yang harus ditangkap dan dimengerti dengan susah payah. Bagi para pendengar, kalimat panjang akan sulit di tangkap dan dimengerti. Kalimat-kalimat yang panjang membawa efek negatif, sebab :
1)             Sering memiliki tatabahasa yang buruk dan merusakkan gaya bahasa
2)             Mempersulit jalan pikiran
3)             Mengacaukan para pendengar dan menyebabkan perhatiannya menurun
4)             Membantu melahirkan ketidakpastian
5)             Tidak memiliki efek menurut psikologi
6)             Terlalu mahal, karena menuntut konsentrasi yang 4-5 kali lebih besar.
Oleh karena itu sebuah pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek, sebab kalimat pendek:
1)             Mudah dipakai untuk bermain kata
2)             Mudah untuk diberi tanggapan rohani
3)             Bersifat logis dan jelas
4)             Segera akan dimengerti
5)             Membentuk diri secara dinamis dan penuh daya
6)             Memungkinkan teknik pause
7)             Memberi waktu untuk bernafas
8)             Tidak menuntut konsentrasi yang besar.

B.            Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar memahami prasyarat-prasyarat retoris. Sehingga pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dan terperinci.

 DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.


2 komentar:

  1. terima kasih banyak atas makalah yang telah anda buat. ini sangat membantu

    BalasHapus
  2. terima kasih sangat membantu dalam skripsi saya

    BalasHapus