Keterampilan
Mengadakan Variasi
(Variation Stimulus)
Kejenuhan atau
kebosanan yang dialami dalam kegiatan proses pembelajaran sering terjadi.
Ditambah lagi kondisi ruangan tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan
hati peserta didik, materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki
gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi. Namun, dengan
harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala
kecerahan bagi peserta didik di lapangan.
Variasi stimulus itu
adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi pembelajaran yang
ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan peserta didik sehingga dalam proses
situasi pemblelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi.
Inti tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan
minat peserta didik agar belajar lebih baik. Sedangkan manfaat keterampilan
variasi dalam proses pembelajaran adalah:
1.
Menumbuhkkan perhatian peserta didik
2.
Melibatkan peserta didik berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan proses pembelajaran.
3.
Dengan bervariasinya cara guru
menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk sikap positif bagi peserta didik terhadap
guru.
4.
Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan
ingin menyelidiki peserta didik.
5.
Melayani keinginan dan pola belajar para
peserta didik yang berbeda-beda.
Beberapa variasi guru
dalam proses pembelajaran yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan variasi dalam mengajar erat
kaitannya dengan profesional lainnya, antara lain penguasaan berbagai macam
metode dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
2.
Keterampilan variasi sebelumnya
direncanakan dan disusun dalam SP.
3.
Keterampilan variasi sangat dianjurkan
akan tetapi, harus wajar dan luwes sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Keterampilan variasi
yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran terbagi kepada tiga kelompok
besar antara lain; variasi dalam gaya guru mengajar, variasi dalam pola
interaksi guru dengan peserrta didik, dan variasi dalam menggunakan media dan
alat-alat pembelajaran.
Variasi dalam gaya guru
yang prosfesional harus hidup dan antusias (teacher
liveliness) menarik minat belajar peserta didik. Bisa dilakukan dengan
suara dan isyarat-isyarat non verbal seperti pandangan mata, ekspresi roman
muka, gerak gerik tangan, badan. Selain itu, syarat-syarat lain yang dikenal
sebagai extra-verbal, yaitu informasi
warna dan bunyi-bunyian. Guru diharapkan mampu memodifikasi variasi, melalui:
1.
Suara guru (voice variation) tekanan tinggi-rendah, cepat-lambat.
2.
Memusatkan perhatian peserta didik (verbal focussing) pada hal yang dianggap
penting dapat dilakukan guru dengan kata-kata seperti, perhatian baik, peka,
sekaligus dilakukan dengan gerakan tangan.
3.
Mengadakan diam sejenak (silence) pada saat yang tepat membuat
pembicaraan guru lebih jelas, karena ini berfungsi sebagai koma, titik, atau
tanda seru yang membagi pelajaran dalam kelompok-kelomok kecil.
4.
Intonasi dan bunyi-bunyi lain (extra-verbal cues) seperti guru
menanggapi pekerjaan peserta didik dengan kata-kata, aah, eeh, hmm, wah, pintar sekali, disampaikan sesuai dengan nada
suara, dengan kata-kata ini membuat emosional peserta didik lebih akrab.
5.
Guru menguasai dengan kontak mata (eye contact), kalau ada kontak mata guru
dengan peserta didik, kata-kata yang diucapkan guru terasa lebih meyakinkan dan
memperkuat informasi. Sebalikknaya guru menatap peserta didik secara
keseluruhan, tidak diarahkan ke arah tertentu saja seperti yang duduk didepan
dan tengah sehingga yang duduk di samping tidak dilihat.
6.
Ekspresi roman muka (facial expression), ekspresi roman wajah
guru harus perlu ceria dan bahkan ini sangat penting dalam berkomunikasi dengan
peserta didik. Wajah yang punya ekspresi akan memberi kesan tersendiri bagi
peserta didik, sebaliknya wajah yang seram akan membosankan bagi peserta didik.
Semua ini diikuti dengan tersenyum, mengerutkan bibir, mengedipkan mata dan
sebagainya.
7.
Gerak gerik tangan (gestures) variasi dengan gerakan tangan, mata, kepala, dan badan
dapat memperkuat ekspresi guru, sebaliknya gerakan yang aneh dapat mengganggu
situasi perhatian dalam proses pembelajaran.
8.
Tempat berdirinya guru di kelas (movement) variasi penggantian posisi
guru di dalam kelas akan mendapat perhatian oleh peserta didik, seperti gerakan
ke arah depan, belakang, kanan ke kiri dan sebagainya (tidak selalu duduk di
dalam kelas). Jika jika guru melakukan tanya jawab sebaiknya dekatilah
pelan-pelan peserta didik. Kalau guru mendekati peserta didik mengadung arti
yang sangat dalam bagi mereka.
9.
Variasi dalam pola interaksi dan
kegiatan peserta didik, hindari guru banyak bicara atau terlalu lama sehingga
kehilangan perhatian dan minat peserta didik. Justru berikan pekerjaan lebih
banyak kepada mereka, dalam bentuk mengarang, membaca buku, mengerjakan soal,
diskusi, membuat laporan, membaca dalam hati, dan sebagainya.
10. Variasi
dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, sebaiknya guru membuat skema di
papan tulis atau dengan menggunakan media lain seperti rekaman, gambar, slides,
in fokus, laptop, dan sebagainya, bisa juga dengan visual (dapat dilihat),
audio (dapat didengar, dan tatile/motorik (dapat diraba).
Pada prinsipnya teknik
dasar variasi dalam mengajar adalah:
1.
Suara guru enak didengar.
2.
Tidak banyak melihat ke jendela saat
sedang mengajar.
3.
Melihat kegembiraan dan semangat.
4.
Menggunakan isyarat mata, tangan, kepala
dengan tepat.
5.
Hafal nama-nama peserta didik di kelas
dan memanggil namanya saat diperlukan.
6.
Variasikan peserta didik menjawab
pertanyaan tidak pada orang tertentu saja.
7.
Mengadakan selingan yang menyegarkan.
8.
Mempertimbangkan prinsip hadiah dan
hukuman.
DAFTAR
PUSTAKA
Asril, Drs. Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar